halaman

Minggu, 24 April 2011

Rutinitas tak melintas sesaat

Pernah sejenak sebelum terlelap di malam hari menyempatkan mengulang kembali potongan-potongan kejadian di hari yang baru saja di lewati?
Dari mulai bangun tidur hingga waktu kita sedang me-review kembali... sepele?
Emang.
Tapi segala rutinitas akan melintas begitu saja saat semuanya tidak diberi nilai, hingga akhirnya semua terasa terlalui tanpa kesan apa-apa.

Hidup itu rutinitas. Bagi gue.

Pernikahan pun seperti itu. Bertambah usia kita akan semakin "besar"... dari sendirian lahir di dunia hingga akhirnya punya banyak orang-oarang di samping kita. Satu menjadi banyak. Rutinitas yang tidak bisa di hindari. Pernikahan adalah salah satunya. Satu dari sekian banyak fase di hidup ini yang mesti terlalui, sama seperti sarapan pagi atau bekerja. Apa bedanya?



Pernikahan adalah ibadah. Sarapan dan bekerja juga ibadah (kalau kita meniatkannya begitu). Lalu kenapa pernikahan menjadi hal yang mengerikan bagi sebagian orang, bahkan gue pun pernah merasakannnya. Kadang memikirkan pernikahan saja belum mau walau pun tahu itu semua pasti hadir nantinya. Sama seperti ibadah (mungkin) semua itu akan datang lewat hal-hal yang kita yakini, terkadang begitu saja datang tanpa kita tahu alasan pastinya. Begitulah kuasa langit.

"Buat apa panik kalau mau ibadah" kata-kata ini begitu menohok buat gue. "Pernah ke mesjid pas sholat Jum'at elu ngerasain panik??". Gue pun tersenyum waktu di kasih tahu kaya gitu.
"Sama aja bukan... sholat Jum'at ibadah, begitu pun nikah.... yang penting esensinya". Seketika saat itu gue merasa lebih kuat, karena saat itu memang dalam masa panik saat menjelang pernikahan.

Rasanya rutinitas yang dilewati dengan berat pasti bakal berasa berat. Jadi....
waktunya mengembalikan semuanya ke "kosong" (Nol). Lihat lebih dalam akan makna dari ibadah itu sendiri... percaya bahwa pernikahan adalah ibadah.... seperti rutinitas yang hadir dalam hidup kita

Hidup untuk ibadah, melintas sesaat namun tetap punya nilai.