halaman

Senin, 31 Agustus 2009

Dreamgirls Design Poster

 
Pertunjukan ini disutradarai oleh Ohan Adiputra, Alicia Kasih sebagai koreografer, melibatkan lebih dari 20 aktor dan aktris teater yang profesional yang dipilih melalui proses audisi. Dialog dalam pertunjukan dibawakan dalam bahasa Inggris, dan lebih menekankan pada banyaknya tarian dan nyanyian.

Denting di malam ini

Temani sudah aku dalam perbincangan di malam ini, setengah kopi mampu membuatku terjaga. Apa arti senyumanku ini? Aku tidak dapat menjelaskan. Sampai pada malam yang berkeringat, basah sudah baju ini. Lewat sudah.

Aku melihat mereka, melihat air mata yang mebasahi sajadah di setiap pagi hari. Aku hanya diam saja. Mengumpat, dalam. Aku menyaksikan cinta dan ketiadaan begitu sempit. Aku tak bisa berkata, hanya sepi... Aku menyayangi tapi menguatkan hati untuk memngacuhkan. Tetap tak bisa.

Satu riwayat, aku merindu. Bunda jauh di seberang sana, aku rindu di belai. Aku tau ini inginku, ia bisa tenang disana. Aku mampu melewati malam ini dengan rintihan rinduku yang mendalam. Tak sadar hati ku pun merindu kakakku, maafkan aku. Maaf.

Ayahku tahu anaknya tumbuh dengan kedewasaan tak bertuan. Ia pun tahu anaknya tak dapat berjalan di jalur yang ia susun dulu. Ia mungkin menangis untukku kini.

...

Aku juga masuk ke gua, menutup diri darinya. Tak bertegur sapa. Aku terus berfikir dalam setiap tombol yang ku kunyah. Aku di antara kegelisahan. Aku berpulang padanya, pasti. Aku berusaha mengalahkan amarahku yang meradang, membenamkan ke terusikkanku. Tak seharusnya begini. Aku seperti anak lelaki yang rentan. Kaki hanya satu, tak mampu berlari kencang.

Aku rindu, aku harus menemuinya untuk mengatakan maaf. dan mengakui lemahnya aku. Berat memang, tapi tak berlanjut saat semuanya hanya diam dalam gua ini.

...

Berat dada ini saat malam makin meninggi, lewat lah... Jemu dalam mimpi. Rasa hati melawannya, rasa ini seandainya mendewasa bersama umurku. Aku terkapar melawan rasa ini.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Gontai, Penuh Debu Dalam Rumah Hijau.

Di ruangan salah satu rumah yang penuh debu, duduk menatap langit-langit. Tetesan air di kran depan masih terdengar, hijaunya tanaman kini usang dan kering. Menarik nafas panjang dan dilemparkan pada bumi.

...

Beberapa malam dilewati dengan berani. Sendiri. Tanpa cahaya penerang dan penunjuk arah yang tepat. Semakin larut dan terus tenggelam. Hanya sedang merasa tidak ada tempat yang nyaman untuk menikmati hujan di kala sore, masing-masing tempat menawarkan paket yang BASI dan menyebalkan. Rentetan cerita membungkus suasana di sana.

...

Gontai; langkah ini. Bahkan akhirnya tidak dapat tempat yang di dambakan. Sulit sekali kini. Mungkin ini replika hidupku di masa akan datang. Sendiri dan Berdiri.
Jejak Cahaya Surga* memang menghilang, tak kuasa ku menahannya. Biarkan kunikmati walau tersesat.

...

Kini air mata itu tak terhankan, membasahi bibir di saat puasa. Aku duduk sendiri di ruangan salah satu rumah yang penuh debu, duduk menatap langit-langit.



* Lirik Maureen, Rinaldy. Kata-kata yg menginspirasi.

Kamis, 27 Agustus 2009

semangat! semangat! semangat!

Salah satu yg bikin bangsa ini sulit dari dulu menurutku, kita gampang di adu domba. Tak-tik lawas yg di pake belanda ini kayaknya memang jadi ramuan terjitu buat bikin kita terus sulit. Sampe melilit.
Bahasa kekiniannya; gampang di provokasi.

Keberagaman yg membuat bangsa ini kaya justru menjadi titik terlemah buat bangsa ini, Perbedaan memberikan ruang yg sangat mudah buat di susupi. Kecintaan yg berlebih dari keberagaman yg ada seolah membuat semuanya merasa paling agung; paling-paling deh...

Ujung-ujungnya gambang di sulut. Ga usah jauh-jauh ngomongin bangsa ini. Tengok di penjara, sebuah lembaga yg sangat kental sama sebutan etnis. Sesama etnis saling bikin benteng, siapa berani nyenggol urusan bisa panjang. Itu pejara loh, gimana di tempat yg lain.

Adu domba sempet jadi lirik dari bang Rhoma tapi kayaknya ga cukup tuh buat ngingetin bangsa ini yg suka sama dangdut. Tetep panggung dangdut mudah jadi arena perpecahaan. Lagi-lagi karena fanatisme yg berlebihan. Salah sikut bisa di gebokin. Belum lagi fanatisme dari organisasi keagamaan yg bisa menghancurkan alat-alat sewaan di panggung sampe kepala si punya acaranya.

Adu domba juga jadi santapan media, mereka seneng kalo ada pihak yg bisa di provokasi. dari mulai klub bola sampe artis yg riweh sama urusan perceraian. Ujung-ujung ya ribut, media yg seneng. Rating bisa naik, berarti iklan banyak yg pasang spot. Siapa yg pinter? ya ga ada menurutku. Tetep aja tak-tik itu mudah kemakan.

Di belahan lain bangsa ini, tetep tuh antar suku sering ribut, apa bedanya sama zaman belanda dulu. Ga ada bedanya, kalo dulu ha Facebook ya sekarang ada. Masalahnya tetep sama orang kita mudah di adu domba.

Kenapa?
Ke berbedaan antar kita cuma sebatas di mulut, tapi ga sampe ke hati. I LOVE INDONESIA tapi apa hati kita juga bilang gitu. Tindakan kita lebih penting dari pada 1000 ucapan dari mulut. Tapi tindakan yang pake urat juga kalau salah tempat malah bikin kita terlihat bodoh, orang-orang yg mudah di sulut. Kalau ini memang sudah suratan, kenapa kita ga mau merubah? kalau memang bangsa ini di kutuk jadi bangsa yg ampuh di adu domba kenapa kita tetep ga sadar juga?
kenapa?

Aku cuma tau domba itu juga punya kelemahan. Pasti. Buktinya ada pengembala yg bisa bikin domba-domba nurut buat makan dan hidup teratur. si domba-domba tadi juga ga berantem, karena mereka tau ngapain berantem?
dimana yah pengembala?

Tekatku, aku ga mau di adu domba. Aku mau jadi pengembala yg bisa mengatur domba-domba di diriku.

2 ajang punya tempat tersendiri

Bulan ini di pertemukan dengan 2 festival yg punya andil di hidup gue. Festival Teater SLTA dan Festival Iklan Pinasthika.

Kurang lebih 2 tahun terakhir ga menyentuh secara langsung Festival Teater SLTA (FTS), di tahun ini karena kepanitian bersama akhirnya terlibat disana. Sekaligus ikut "ngegerecokin" proses latihannya SBB yg dipegang Dwi hehe. FTS memang punya tempat tersendiri dihati gue, lewat ajang ini di tahun 2002 gue pernah jadi ketua pelaksana FTS. Itulah awal mulanya bisa berkenalan, menegur dan mengakrabi orang-orang yg sebelumnya ga pernah gue kenal. Setelah 7 tahun, ternyata pertemanan itu masih mengental. Satu hal yg selalu gue tekankan dalam berteater; pertemanan.

SBB yg kini masuk era Dwi, memiliki energi yg bagus. Persoalan elementer memang masih menjadi kelemahan temen-temen SBB. Kalau gue cermati hal yg terpenting adalah kembalinya orang-orang lama SBB buat bantu kembali mikirin SBB. Orang-orang ini kembali punya kegelisahan dan akhirnya bermuara kepada antusias... mungkin faktor kekangenan atau persoalan waktu yg sedang meluang. Apa pun itu ini menjadi energi yg baik, sebuah proses pendewasaan dari eranya Dwi. Banyak masukkan yg bisa di ambil...

Jadi inget salah satu pembicaraan bersama teman-teman FTS "Kalau hanya masuk grup teater mengandalkan bisa berteduh di pohon itu, maka ia akan selamanya hanya berteduh. bahkan bisa jadi parasit nantinya. Ambilah isi dari pohon itu, ambil. Kemudian jadilah pohon baru disampingnya. Sehingga suasanya akan semakin sejuk dan rindang" 

....


Pinasthika 2009, sepertinya bahasan ini sudah ada di bawah. gue cuma pingin cerita tentang bagian yg lain dari kunjungan ke Jogja selama 2 malam ini.

Sombong, lawan terberat dari kreator. Seperti perang Badar buat menekan dan mengingatkan. Tapi sebagai manusia emosi itu tetap menjalar, datang begitu saja tanpa diminta.

Dalam pembicaraan di pagi menjelang subuh gue banyak belajar tentang arti menekan dan mengingatkan. Apa yg nanti di lewati saat bekerja sebagai kreator adalah tantangan untuk melawan kesombongan. Ide sebagai makanan sehari-hari pastinya bisa bikin kinerja kita naik turun. Ide yg lama ga akan sama ketika disentuh sama tangan yg beda. Ide yg ada sudah di ulang dari masa kemasa. Semua hanya penyusunan, penyusunan dengan element-element yg ada di masanya. Satu ide terlahir diolah dan dirasakan dari apa yg pernah di lihat, di dengar, di cium dan di rasakan. Jadi ga menutup kemungkinan kita menemukan kesamaan antara karya yg satu dengan yg lainnya. Lumrah...
Tapi apapun itu ketika di pegang dengan tangan yg berbeda, sentuhannya akan berbeda. Bau nya akan berbeda. Sehingga dunia ini tidak akan kehabisan kreasi.

Jadi ngapain sombong?

Kamis, 20 Agustus 2009

Jogja setelah 3 tahun berlalu

Angin malam di Jogja nyelekit juga. Pinasthika kembali "mengundang" kesana. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya kali ini datang sebagai suporter. mas Wing dan mas Bayu lolos di kategori ad student.

Perjalanan ini seperti biasa memaksa mata gue buat terus tertutup, abunya bukan main. Berangkat sendiri menuju kota pertama yg paling jauh gue samperin (hehe kasian dah)...

...

Pinasthika tetap menggoda walaupun terasa lebih kalem dari tahun-tahun sebelumnya. Ajang ini memang punya kesan dan cerita tersendiri bagi yg pernah merasakan aromanya langsung. Hasil lombanya mas Wing dan mas Bayu masuk Finalis, 6 besar dari 200-an peserta yg daftar ck..ck..ck.. di babak final pasangan ini belum berhasil angkat piala. Tak apalah, karena bukan itu yg jadi tujuan utamanya. Bagi gw disinilah pencapaian yg bisa di hasilkan.

Jadi inget 3 tahun yg lalu, di jogja siapa sih yg tau kampus InterStudi? atau para praktisi dan pekerja profesional di agency yg akrab sama jurusan periklanan InteStudi?

sok taunya gw sedikit yg tau, bahkan ga nutup kemungkinan ga ada yg tau; bahkan baru denger.

Sekarang. Setelah 3 tahun berangsur "Jogja" dan para praktisi ajaib agency itu mulai tau. Gw percaya proses dan itu yg gw yakini. Ini proses,proses yg panjang. Ga segampang balikin tempe.. siapa yg d untungkan? InterStudi?
Ga juga. Kita, kita yg merasa almamater bisa jadi tiket masuk di perusahaan buat nyari kerja. Tertera dalam CV kita STIKOM InterStudi 2005-2009. Banggakah? (engga jg ga apa-apa)
Ga akan ada yg tau kalau suatu hari nanti para HRD agency itu panas dingin ngeliat itu, atau seneng bukan main karena perusahaannya di sambangi mahasiswa lulusan sana

(emang paling enak ngayal yah...)

Terserah orang mau ngeliat proses ini kaya apa, buat gw kesetiaan adalah syarat dalam proses. Setia. Setia sama niat mau ikut ajang kreatif. dan itu sudah berjalan dari 2006.