halaman

Dia itu

"Siapa kamu?"

Pertanyaan itu pelan terdengar dari arah belakang saya. Perlahan saya menoleh, mata saya tidak langsung di tujukan ke arah muka orang yang menanyakan itu, saya lempar mata saya kebawah.

"Siapa kamu?" tidak ada nada penasaran dari pertanyaan orang ini, terlalu dingin. Sama seperti malam ini.

"Bangun Taga" jawab saya singkat. Dan kepala ini masih tetap menunduk.

"Saya tahu, kamu tidak akan menjelaskan sesuatu yang murahan. coba kasih lebih dari itu!" dengan nada sedikit menantang.

Saya beranikan mengangkat kepala, menatap ke arah orang yang bertanya itu. "Tidak ada pertanyaan yang boleh kamu lontarkan. Cukup jawab saja." tiba-tiba ia berkata pelan pada saya, seolah-olah dia tahu bahwa saya akan melontarkan pertanyaan balik kepadanya.

"Saya di besarkan dengan cinta dan kasih oleh kedua orang tua saya. Mereka tidak meninggalkan warisan harta pada saya ketika mereka berpulang; tapi mereka menitipkan saya pada Tuhan. Saya tidak sanggup menoleh walaupun saya tahu mereka meminta saya menoleh..." saya tarik nafas perlahan. "Saya selalu ingin mejawab tantangan; selayaknya video games yang mesti di tamatkan. Walaupun dari sekian tantangan saya runtuh dan tidak cukup kuat untuk menjawabnya."
"Saya lahir dengan kesenangan akan alunan nada, tarikan garis yang membentuk cerita dan makna, drama kehidupan yang berkecamuk dalam imaji saya sendiri"

Lalu tatapan mata orang yang bertanya itu seolah berkata "lalu? siapa kamu?"

"Saya tidak lebih dari cangkang yang sekarang terlihat. Bisa berubah sewaktu-waktu, bisa tidak karuan namun bisa juga apik. Semua yang terliat hanya cangkang. Coba lepaskan jasad saya. lepaskan bentuk wajah saya, pakaian saya, rambut saya, kulit saya, darah saya hingga tulang-tulang saya. Coba lihat saya hanya sebagai RUH yang di tiupkan Tuhan di usia 4 bulan saat di kandungan Ibu tercinta saya..."

"Coba pandang saya dengan cara itu; polos. Tanpa embel-embel apa pun. Apa saya masih terlihat penuh kepura-puraan, ketidak enakan, kemarahan, keyakinan, keangkuhan, kebisaan.... dan segala yang melekat dalam keseharian saya dari bangun tidur sampai kembali tertidur?!"

"Saya hanya seperti itu."

Orang di depan saya terlihat hendak beranjak, tak lama ia menghampiri saya. Semakin dekat, dekat sekali. "hapus...." kata-kata itu digantung dan tidak diselesaikan. Lalu ia pergi meninggalkan saya dalam malam yang dingin, karena memang sedang hujan.

Mata saya tidak berkedip, saya pun tidak mengejar pandangan saya pada orang yang bertanya tadi.
"Siapa kamu?"










Tidak ada komentar: