halaman

Kamis, 30 Desember 2010

Tulus Tanpa Tendensi di puter.

Film pendek berdurasi 3 menit ini (Tulus Tanpa Tendensi), awalnya dibuat untuk keperluan Citra Pariwara 2010. Ada kesalahan kecil namun sangat fatal, karena di kata Tendensi (pada tageline) gue salah ketik. Jadinya film ini diserahkan kepanitia Citra Pariwara secara tidak utuh.

Hut PKBI mengajak MUTUMATA untuk turut andil karena temanya memang peduli akan bencana yang terjadi tahun ini. Jadi film pendek ini diputar tanggal 26 Desember 2010 di acara tersebut.

Tentunya bikin kita tersanjung, baik MUTUMATA ataupun yang terlibat di film pendek ini. Ini ada beberapa dokumentasi yang di ambil sama Dyan (makasih ya mba...) saat acara PKBI berlangsung, ternyata yang nonton bapak-bapak sama ibu-ibu ya... mantap!






Seperti yang pernah gue tulis sebelumnya (Menanam Benih di Taman Belakang), justru penghargaan model begini yang lebih bikin ser-ser-an. Bisa di apresiasi sama orang, syukur-syukur pesan filmnya sampe dan berkenan.


Sabtu, 25 Desember 2010

T-SHIRT DEMI MERAH PUTIH (VER.TEXT)


T-Shit DEMI MERAH PUTIH (VER.TEXT)
70 RB
M/ L/ XL
KATUN KADET

Buat nonton Final AFF 2010. Barang sudah tersedia. Terbatas.

Kalo berminat hub :
OPI - +6285 8816 05508 / +6221 923 96907


Harga diatas belum termasuk ongkos kirim, kalau sekitaran kemang... ga kena ongkos kirim dah.



Kamis, 16 Desember 2010

DEMI MERAH PUTIH !


T-shirt DEMI MERAH PUTIH !

DUKUNG INDONESIA, MERAHKAN SENAYAN !

Ukuran S/M/L/XL
Harga Rp 85.000,- (diluar ongkir, tapi free COD for kemang area)

berminat hubungi +6285 8816 05508 / +6221 923 96907

Kami datang ke stadion

Tak ada yang bisa melukiskan bernyanyi Indonesia Raya sebelum pertandingan bola di Gelora Bung Karno/ Senayan. Bersama ribuan orang saling membentangkan semangat; uforia yang membuat suasana mendadak jadi magis. Hanya sebuah nyanyian dan mampu membuat semuanya sekata.

...

Saat perhelatan AFF 2010 sedang berlangsung, saya rasa tidak seperti sebelum-sebelumnya. Karena pertandingan Indonesia menjadi magnet bagi masyarakat. Ini pernah dirasakan saat Piala Asia di gelar di Indonesia. Gue mencermati ada kelompok suporter.

Pertama, Suporter fanatik, yang dialirkan klub-klub Indonesia. Suporter ini sangat setia. Mau menang atau pun kalah tetap bernyanyi dan menari. Kadang suporter ini bersatu dengan kelompok-kelompok lainnya.

Kedua. Suporter Indonesia yang tidak di koordinir. Untuk yang ini, penonton yang suka sepakbola dan cukup mengikuti perkembangan sepakbola. Biasanya yang memang niat mau nonton tim nasional. mereka bela-belain biar bisa nonton tim nasional berlaga.

Ketiga. Suporter Ajakan. Suporter yang diajak sama temennya atau saudaranya. Pengen tau kaya apa nonton di stadion, rasa penasaran itu terbayar saat bisa merasakan magisnya stadion. dan di ajang AFF ini kelompok supoter ini begitu menjamur.

Keempat suporter rusuh. Nyari-nyari ruang buat eksis lewat otot. Tapi loyalitas mereka sangat tinggi buat sepakbola Indonesia. Sayang belom cukup dewasa dalam bersikap seperti suporter. Tak apalah bumbu penyedap sepakbola, biar ada drama-dramanya... kelompok ini bisa di bilang kecil.

Kelima. Suporter dadakan atau gue sebut karbitan. Ajang AFF ini menjadi uforia para remaja, ibu-ibu, keluarga untuk datang ke stadion. Bahkan kedatangan mereka yang pertama di stadion. 2 mobil berisi remaja wanita dan yang satu lagi satu keluarga bertanya didepan gue "Istora di mana ya mas?" padahal mereka di depan hotel Atlet persis didepan Istora senayan/ Gelora Bung Karno. hehe...
Atribut mereka lengkap. dan keliatan celingak-celinguk. Kayaknya pertama mereka nonton bola di stadion, atau jangan-jangan pertama ke senayan.
Baguslah selama ini sepakbola terkesan rusuh dan cowo banget, akhirnya saat ini bisa di nikamati berbagai kalangan. Bahkan banyak keluarga yang membawa anak kecil dipertandingan. Sungguh kemajuan. Mudah-mudahan tidak berhenti sampai AFF yang punya cerita tentang Irfan Bacdim semata.

....

Apa pun itu setelah penantian panjang rasanya memang tim Nasional patut untuk di dukung.
Pertandingan sepakbola juga semestinya mampu menjadi wisata kepenatan bagi masyarakat kota besar, dan ajang membangun rasa kebangsaan bagi generasi muda. Dari pada nongkrong di belokan sambil makan hotdog...



Beneran deh serasa pensi stadion sekarang... malah lebih tepatnya mall

Minggu, 05 Desember 2010

Terkubur Sampai Dubur (3)

Tiba juga. Saat waktu yang berkehendak, saat langkah tidak lagi beriringan. Satu persatu mengejar impian demi cita-cita.

Tiba juga saat hingar bingar di setiap malam berganti dengan rutinitas masing-masing. Sampai akhirnya Kami pun memilih melangkah kedepan.

Tiba juga. Saat lingkaran dengan sekumpulan anak muda haus akan tantangan tidak lagi bergenggam. Melihat masa depan bersama yang hari itu yakin kita taklukkan bersama.

Tiba juga. Saat amarah, kegagalan, keberhasilan melebur menjadi satu pembelajaran berharga. Satu fase yang mesti dilewati bukan dihindari.

Tiba juga. Melihat masing-masing mengepakkan sayap, memunculkan tanduk dan kukunya. Dengan penuh keringat. Terus menerjang menggapai titik terang; walau tak beriringan.

Lalu...

Tak perlu disesali, karena tak pantas kita menyesal. Banyak yang bilang kita angkuh; padahal tidak juga. Banyak yang memandang ini hanya perhentiaan sesaat; nyatanya demikian.

Tundukkan kepala di monas masih terngiang dalam ingatan, Kami berusaha menguatkan hati dan tekad. Tak ada yang patut disesali.

Kejaran deadline, tekanan, kelegaan pasti akan diingat dan terpakai untuk Kita. Kita terlahir bukan sebagai orang kalah namun juga bukan pemenang. Kita semua berani mencoba; berani. Sama seperti 4 tahun yang lalu "Raja atau Piont".

Tiba juga. Saat matahari terus bersinar dan jiwa-jiwa kita terus mengejar. Kadang kita lelah, kadang kita menyesali, kadang kita mensyukuri. Warna tanah liat yang ditempa mungkin belum selesai atau mungkin sudah utuh. Tak pernah ada yang tahu.

Sambut matahari pagi ini dengan senyuman sama seperti 5 tahun yang lalu. Tanpa beban.

Tiba Juga.
Bukan perpisahan, bukan akhir.

Hanya awal.

Untuk bertindak !

Senin, 15 November 2010

Terkubur Sampai Dubur (2)

Pagi itu perbincangan datang menghampiri. Tanpa teh hangat yang menemani memang. Berbincang soal masa lalu dan hasrat. Teman lama datang menghampiri, memberitahu impian dan mimpi yang pernah kita punya dulu. Dalam rumah yang di buat bersama.

Kenapa gue ga sepaham, pertanyaan itu terlontar.

wajar-wajar aja bukan.

Sabtu, 13 November 2010

Menanam Benih di Taman Belakang


Photo itu sempet gue upload tahun 2008 di blog ini, saat itu pingin ikut tapi ga kesampean. Ternyata setelah gue berniat mempelajari "binatangnya" (sebutan citra pariwara) di tahun depannya gue punya kesempatan untuk terlibat di balik layar penyelenggaraan Citra Pariwara 2009.

Dari situ melihat lebih dekat tentang event iklan terbesar di tanah air (katanya). Kembali ngayal, tahun depan ikutan ah...

Berkat temen-temen disekeliling gue akhirnya niat itu kesampean. TULUS TANPA TENDENSI (T3) sebuah film pendek yang diikutsertakan dalam Young Film Director Citra Pariwara 2010. Syukur masih ada kesempatan bisa bayar utang tahun 2008...

tiba-tiba sms masuk dari Irfan (manager production T3)
berdoa dimulai,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
amiennnnnn! alhamdulillah karya tulus tanpa tendensi udah di daftarkan, semoga doa tadi salah satu cara jadi pemenang.


gue pun menjawab : ga menang juga gpp.

Irfan gantian bales lagi : Tapi....

sms pun ga gue lanjutkan, cukup sampai situ.

....

Kayaknya masa menang itu mulai termakan waktu. Kenikmatan itu ada tapi ga kaya dulu. Usia merelakannya...ahaha berasa tua bener. Kayaknya ukuran karya sudah tidak lagi diukur dari piala yang diraih atau kalau boleh pinjam kata-kata irfan JADI PEMENANG. Ngukurnya pakai seberapa karya itu layak untuk di sampaikan, seberapa karya itu mamapu berbicara bahkan seberapa karya itu punya action ke orang-orang.

Tapi ga salah yang di lakukan temen gue, irfan. Berdoa dan berharap untuk sebuah cita-cita ga ada yang ngelarang. Gini aja ya fan... anggap itu niat ajah, karena di tahun 2008 gue niat ikut Citra Pariwara baru kesampean 2 tahun setelah itu.

Atau elu udah jadi PEMENANG sekarang sama temen-temen yang lain. Tapi ga dapet piala ajah... atau beli ajah deket Hotel Nirwana pialanya....piss !



Film Tulus Tanpa Tendensi


Producer - Muhammad A. Novirwan
Manager Production - Irfan Febrianto
Scripwriter - Athpal S. Paturusi
DOP - Panji Dampuawan
Art - Jhon Merari
Ass. Director - Alfin Ardian
Editor - matagam
Colorist - Agam
Crew - Wahyu & Fenny
Director  - Banguntaga

Kamis, 11 November 2010

Terkubur sampai dubur (1)

Jakarta punya cerita, kota yang terus berkembang. Deras dengan asupan kebarat-baratan, tepatnya ala kebarat-baratan. Sayangnya hanya mengambil kulit luar tanpa mengambil saripatinya. Jakarta dan kaumnya masih terjebak sama mentalitas yang sudah lama bersemayam, paling tidak mitos jam karet masih setia bagi kaum-kaumnya.

Sebutan metropolis mungkin hanya pembentukkan citra saja, ketika kota ini ingin dibuat menjadi lebih dari kota Indonesia lainnya. Menjadikan Jakarta setara dengan ibukota di dunia, kota penuh kesibukkan dan kegemerlapan. 

Banyak yang rela berjibaku dan datang demi mengais mimpi. Stoop sampaai situ !

Gue mau mulai dari yang kecil, entah apa namanya. Apa kaum di Jakarta masih manusia. Manusia dalam arti sesungguhnya. Pengertian sederhana manusia "punya akal". Jakarta dengan jalan yang luas dan bertingkat tapi bukan macet yang bikin gue ngeri. Malah kaum-kaumnya (orang)  yang bisa bikin gue terus nelen ludah. 

Ga sabar, ga ada toleransi dan ga ada yang berakal. Rasanya mobil dan motor yang banyak cuma alat mereka menonjolkan rasa ga sabar itu. Saling salip
saling ga peduli
saling teriak-teriak
saling balap tanpa ada aturan

Itu mentalitas bukan kesalahan motor dan mobilnya, tapi emang kaum-kaumnya sudah sedemian akutnya. 
Hampir semua lini mental ini merasuk, di setiap kesempatan mereka akan sibuk memamerkan mentalitas ini; persis kaya manusia purba.

Pasti jarang banget menemukkan orang ramah dijalan-jalan Jakarta. Orang-orang yang rela memberhentikan kendaraannya demi orang lain yang lebih dulu. Melihat pemandangan orang tua yang berdiri di angkutan terus dipersilahkan duduk sama anak muda. Pemandangan orang salinge tersenyum saat dibantu dan membantu.

Senyum sudah punah di kota ini.

Masih ada yang sanggup tersenyum sementara setiap hari teriakan klakson memekakan telinga.

Minggu, 07 November 2010

Menepi

Menepi

Kamis, 26 Agustus 2010

The Warriors

Cita-cita, hasrat dan kegigihan melebur jadi satu. Bediri tegap, melangkah pasti bak pejuang yang akan menerjang medan pertempuran. Menghalau musuh, melumatnya hingga terkapar dan meraih kemenangan saat pulang ke barak. (Lebay banget ya ??)


Kurang lebih penggambaran gua tentang pekerja kreatif kaya begitu. Kaya pejuang. Semua di cuci otaknya sama pemahaman dan teori-teori (mandatory), sekuat tenaga bertahan dan maju untuk kejayaan perusahaan dan dirinya.


3 tahun lalu gue melihat itu keren banget, seiring dengan waktu perlahan itu meluntur. Karena mungkin jadi biasa ngeliatnya, mungkin... tapi ada hal kecil yang gue cermati. "Pejuang-pejuang" ini karena di tempa peperangan terus kadang melupakan hal-ha kecil. Yaitu kehangatan.






Ga jarang gue temui mereka memasang tembok besar di dirinya. Menempatkan (positoning) dirinya bak produk untuk tingkat sosial kelas A. Jadi susah di jamah, pokonya eksklusif banget deh. Hal ini sering gua perhatiin di para pekerja kreatif muda, yang terkadang ga semuanya begitu.


Atau jangan-jangan gua juga begitu ???





Cita-cita, hasrat dan kegigihan itu pada akhirnya melahirkan kerentanan. Melahirkan rasa sudah baik pada individu pekerja kreatif. Emm... apa iya yah? "Good is not enough". Ah tapi biarlah itu pilihan dan mungkin cuma pikiran gua saja yang terlalu.



gambar : http://rinkadinkproductions.com/images/the-warriors-2.jpg

Rabu, 23 Juni 2010

(pem)Belajar(an)

Banyak orang bilang belajar itu perlu waktu dan gue yakin itu. Bahkan waktu itu tak terbatas, belajar sampai kapan pun. Bahkan sampai waktu terakhir tiba.


Banyak cara buat belajar. Banyak jalan menuju kesana, sekali pun jalan itu sempit bahkan terjal. Banyak orang yang menghabiskan hidupnya untuk belajar. Belajar bukan milik bangku sekolahan semata, itu hanya salah satu bagian saja dari cara buat belajar.


...


6 tahun di sekolah dasar belum cukup untuk menyerap pembelajaran makanya di butukan 3 tahun di sekolah menengah dan 3 tahun lagi di tingkat atas. Sudah cukup kah ? ternyata ada jenjang selanjutnya; bangku kuliah. Kalau di total kurang lebih 16 tahun mengikuti rutinitas belajar di bangku akademis. Apa pun itu mesti di jalani. Nyatanya belajar tak cukup sampai disitu.


16 tahun belum cukup mengantarkan manusia menjadi orang yang "terpelajar". Kadang kita lupa selama itu belajar namun masih saja bingung saat soal-soal kehidupan datang. Jawaban akan persoalan itu begitu rumit untuk dicari. Lucu memang... tapi begitulah.


Belajar lewat kesalahan juga penting apalagi belajar lewat hal yang benar.


....






Gue terus belajar, kadang merasa belum ada apa-apanya. Manusiawi, merasa belum juga cukup. Namun itu lah yang terjadi, semakin tahu semakin tidak tahu.


Perlu belajar lagi. Mengulang pembelajaran yang dulu di dapat, kalau ga di ulang malah menguap dan otak jadi tumpul. Belajar saat-saat kritis menghampiri, melewati dengan rumus yang pernah di dapat. Bahkan menganalisa kembali apakah rumus itu masih tepat, mencoba merumuskan kembali lewat tambahan pembelajaran yang di dapat.


Mungkin dari sekian itu banyak pembelajaran yang juga gagal di cari jawabannya. Tetap tidak terisi. Apa gue goblok ya? kok lagi-lagi ga ketemu jawabannya?


Dulu temen gue berkata bijak "lebih baik punya pertanyaan, dari pada punya jawaban". Gue suka menenangkan diri gue dengan perkataan itu. Biarlah gue ga punya jawaban tapi gue masih bisa bikin pertanyaan-pertanyaan.


Kenapa gue ga bisa-bisa juga menyelesaikan soal ini ?


....


Melatih diri lebih keras dan rendah hati itu yang buat gue terus semangat mencari jawaban dari soal-soal itu; kehidupan.


Pekerjaan, permasalahan sosial, kekerabatan, percintaan mungkin cuma bagian kecil dari kehidupan. Melawati itu tanpa belajar rasanya menjadi sia-sia.


Gue merasa masih jadi murid yang terus belajar dari kekalahan. Pahit memang, tapi begitulah...


Belajar dulu ah, sambil ngopi.

Senin, 21 Juni 2010

Makna yang agung.



Ketika makna pernikahan ada.
Untuk menjalin ikatan dan menyempurnakan keyakinan beragama kita.
Tanpa embel-embel, niat suci
dan berjanji pada pencipta.


Tanggung jawab itu dimulai; dengan penuh kasih.


....


"Waduh, ga bisa nikah ngelakahin Kakak !" Teriak seorang Kakak pada adiknya. Paradigma yang ada di tengah masyarakat kita. Entah dari mana dimulainya. Mitos bahwa si Kakak akan seret jodoh kalau si adik menikah lebih dahulu dari dia.


Tiba-tiba manusia malah bikin susah dirinya sendiri. Niat baik malah di halangi... Padahal tau kalau Jodoh itu bukan kita yang memberikan.


Tidak berhenti di situ saja, ketika pernikahan menjadi arena penunjukkan status sosial. Bentuk kemapanan dan penunjukan pencapaian keluarga. Pernikahan dihiasi gemerlapnya keduniawian. 
Betul hari itu (pernikahan) menjadi hari yang penting dalam setiap manusia, manusiawi sekali. Pada akhirnya makna itu seperti memudar. Merasa tidak pantas jikalau mengundang tamu dengan ala kadarnya. Merasa tidak menghargai tamu yang datang kalau saja hari itu tidak gemerlap. Gedung yang layak, hidangan yang melimpah, dekorasi yang megah, perhiasan dan make up yang mahal... sungguh itu baru sebagian dari pernak-pernik gemerlapan pernikahan yang ada di masyarakat kita.


Tidak salah memang berbuat sebaik mungkin, namun perlukah itu hanya untuk menunjukkan ke eksistensian?


Satu lagi yang saya ingat, pernikahan di batasi oleh asal muasal. Dari mana dan siapa keturunannya. Mau di bilang itu kolot banget, kenyataannya itu masih bercokol di tengah-tengah masyarakat. Sungguh kita merasa bahwa perbedaan itu tidak layak untuk ada. Bahkan saat itu kita lupa arti dari saudara dan manusia itu sendiri.


....


"Saya nikahkan anak saya .... "


Itu hanya kata-kata, saya yakin itu. Namun ketika kita meyakini itu adalah janji antara kita dan pencipta kita, maka itu tidak sekedar kata-kata yang menderas dari mulut saja.


"Saya terima nikahnya ....."


Itu janji si Pria kepada penciptanya dan pertanggung jawaban dia dengan bapak si perempuan. Sesederhana itu ikatan suami-istri terjalin, tentu lewat ahli nikah disana. Kok ya sekarang ini jadi tidak sesederhana itu ??


....


Kita merasa penting unutk membuat hari itu begitu berharga. Hiasan bukan lagi kiasan.
Orang yang datang bukan lagi mengirimkan doa; mereka hanya memberi selamat dan mencari celah-celah keduniawian.


Jepretan foto bukan hanya sebagai pengabadi waktu diakan datang, kini menjadi kewajiban.


Merasa itu semua hanya sebagai pelengkap bagi gue, makna yang agung tentang pernikahan sepertinya meluntur.




“Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (Hadits Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)


....


Sungguh banyak hal yang saya tidak tahu. Keterbatasan tentang memahami dan mengecap itu semua. 


Namun banyak hal yang saya sulit untuk mengerti tentang makna pernikahan yang agung dengan makna pernikahan yang ada kini. Percampuran budaya dan moderenisasi malah membuat yang sunah menjadi wajib. Wajib menjadi sunah.


Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.

Rabu, 12 Mei 2010

Melompat lebih tinggi

Semua teori sudah disimpan dalam catatan kecil itu, tak pernah di bawa saat aku mulai menerjang matahari. Kadang masih terlintas


namun sudah kuhempaskan,


semua hanya petuah. Didengar saja bukan dihafal.


Bukankah yang terpenting tahu teori berfikirnya, bukan menghafal abjad yang tertera dari analisis para profesor. Buat apa dihafal kalau menjadi mekanis. Akal memang perlu, 


Yang penting jangan jengan untuk mendengar petuah-petuah itu. Sekali lagi bukan untuk dihafal, semua akan berubah menjadi candu.


Buatlah petuah itu sendiri. Buat

Jumat, 09 April 2010

Blog ini jadi saksi


Januari 2009 gue cukup intens tuker pikiran sama mas Lanang (alm.) Ada beberapa postingan yang tersimpan di blog ini... dan punya kegelisahan yang sama tentang kelokalan dan nusantara, infonya kadang gue ga terlalu tau tapi dari obrolan itu jadi ngeh...

Beberapa link postingan itu :

Tengkyu Nang!

Rabu, 07 April 2010

Lanang Lega Dilaga



Pertemuan dalam project video klip Janice. Dari situ penilaian gue kalau Lanang orang yang total. Ngurusin dari mulai ribetnya import data kamera F355 sampai ngedit offline. Singkat memang...

Setelah itu sempat beberapa project bersama tapi sebuah pertamanan yang tercipta rasanya lebih bernilai dari pekerjaan kita.

...

Penuh kejutan. Ada di kawan gue ini. Lebih dari itu gue mengenal sosok yang taktis namun ga banyak bicara langsung. Anehnya kalo lagi berdua ngobrol dia bisa jadi temen yang hangat buat tuker pikiran. Beberapa bungkus rokok dan malam menemani kita Nang... keseriusan dan kekonyolan kita lewatin, selalu gue simpen itu. Temen yang selalu total kalau ngebatuin. Walaupun suka ga bisa menetupi keemosiannya, buat gue elu sosok dewasa Nang.

Romantis. Tampilan elu yang cuek ga bisa nutupin keromantisan, kehangatan dan perhatian elu ke orang-orang yang elu anggap berarti.

Bahkan sama orang yang baru kenal pun elu hangat dan bersahabat.

Gue sampai lupa kapan kita berkenalan saat project klip Janice itu, rasanya baru beberpa tahun yang lalu. Tapi gue kenal elu kayak udah lama. Kadang elu ngasih pemikiran dan masukan buat gue. Walaupun kita ga pernah menyentuh wilayah pribadi diri kita masing-masing.

Gue kenal Lanang yang ga mudah nyerah dan tenang walau dalam kondisi tertekan. Dalam pekerjaan gue liat itu... bahkan dalam waktu yang sempit sekalipun.

Banyak yang masuk di hidup gue, dan elu salah satu yang masuk dan ngasih bekas. Punya arti...

....

Januari 2010 kemarin elu mulai sakit, sampai detik elu kritis pun gue ga pernah ketemu langsung lagi sama elu. Gue cuma ketemu pas pinjem charger mac, itu pun elu mulai sakit. Paling kita ketemu di dunia maya, gue cuma seru-seruaan doang sama elu, kali itu intensitas ngonrol kita memang semakin berkurang. Gue pernah tanyan "Udah sembuh nang?"... elu jawab "udah". Gue rasa elu memang merasa ga pernah sakit, karena elu punya sikap.

Nang gue tau elu mungkin ga akan bisa baca blog ini, karena elu udah disana. Penyesalan gue yang ga bisa nemuin elu pun ga akan ada guna "Nyesel cuma buat bencong!"

...

6 April 2010 elu benar-benar istirahat. Elu menutup keduniawian  di tempat yang elu selalu suka; rumah.  hari itu dimana niatan gue buat dateng setelah Jati jam 2 pagi ngabarin tentang kondisi elu yang makin turun.

Nang gue tau elu suka diperhatiin walaupun kadang elu enggan. Gue cuma bisa merhatiin ketika di hari elu menuju hidup baru. Gue lihat di hari itu elu begitu dicintai banyak orang, di facebook elu begitu banyak doa dan simpati. Mungkin elu ga akan bisa bales komentar mereka di facebook sekarang, tapi disitulah gue melihat elu begitu berarti.
Tengkyu nang, gue selalu merasa elu tetep ada. Karena kita jarang bertemu. Sekalinya ketemuan kita bisa gila-gilaan sampe lemes. Gue tetep merasa kelakuan elu tetep hidup. Gue tetep merasa kalau blog ini jadi catatan pemikiran elu, beberapa postingan disini hasil diskusi kita berdua... terutama kegelisahan tentang kelokalan dan nusantara.

....

Selamat hidup Nang; elu baru saja memulai kehidupan...

Tetap lurus ya Nang...

Selasa, 30 Maret 2010

1 tahun setelah langkah itu diambil.



Jam 12 lebih beberapa menit sms itu terkirim. Kata-kata terimakasih untuk Tuhan karena memberi Kami kesempatan untuk bersama.

...

Di taman belakang sepakat untuk mencoba merangkai impian bersama lewat kenekatan jiwa muda Kami. Catatan penting dari perjalanan yang hendak diukir. Tumpeng pun menjadi saksi dari doa dan harapan, lingkaran besar penuh semangat terlihat dalam mata-mata Kami. Yakin karena bersama-sama.

Satu tahun berlalu di hadapan, kembali mengingat itu semua di pusat kota; Monas. Lingkaran itu tidak sebesar dulu mungkin juga semangat itu. Tapi kita tetap harus tersenyum dan tertawa, karena ada harapan besar di depan Kita. Datang dan pergi itu hal yang biasa bagi kita. Namun semangat yang datang dan pergi harusnya patang bagi Kita.

Kita terbiasa berteman sejak 5 tahun yang lalu, pertemuan dan nasib yang menyuratkan itu semua. Pertemanan terakhir kalau kata kawan saya Erwan. Namun ada keinginan untuk menjadi mandiri disitu, bekerja dan menjadi pemilik. Sekuat tenaga Kami menyaksikan satu persatu lepas dari barisan ini, itulah pilihan. Tidak semudah yang dibayangkan memang, mungkin sekarang ada yang sedang menertawakan kenekatan Kami, biarlah itu menjadi pelecut Kami untuk terus bertindak.

...

Kantor sekarang usang. Kurang hangat. Beberapa orang mulai mencermati ini dan mulai membangun kembali semangat untuk merajut impian ini.
Ini memang harus dilewati; Kami menyadari  itu. Namun seperti apa Kita akan melewati di usia yang semakin bertambah ini. Tindakan yang Kita ambil semestinya jauh lebih tegas dan bijak dari 5 tahun yang lalu; saat Kita pertama kali dipertemukan.

Kita semakin tua, semakin banyak melihat, mendengar. Kita “Memang tidak nampak seperti serdadu ataupun narapidana, akan tetapi pada kenyatannya Kita adalah keduanya…”

Selamat bertambah usia impian. Media kreatif penuh semangat dan keyakinan.
bertindak!

Kamis, 25 Maret 2010

Cerita di waktu gelap



Mereka bisa tertawa saat bersama, kadang sedih juga bersama. Sekumpulan yang hangat namun dingin. Kami di persatukan oleh darah. Dengan cinta dan pengorbanan. Kita sepenanggungan walaupun berbeda tempat dan waktu. Semuanya terukir, usang. Kadang mengharukan dan pedih.

Kini waktu seperti tak berpihak, keutuhan Kami teruji. Bertubi. Sekuat tenaga kami bergandengan, entah.

Citra yang menunjukkan keangunan yang bisa Ceria setiap waktu seperti Wulandari semestinya mampu memBangun harapan itu semua.

Tuhan pasti baik, karena lewatnya Kami ada.
Pasti ini rencana terbaik yang di sediakan untuk Kami.
Pasti.

gambar dari http://icare4autism.wordpress.com/2009/01/

Jumat, 26 Februari 2010

Once - Simphony di Hati



Udah lama ga liat video klip kaya gini, terakhir pas Jay Subijakto bikin. Akhirnya ada lagi yang begini...
Begitulah kita selalu miner dengan keindahan yang ada, sibuk melihat keluar..Padahal sulit melihat kedalam.

Selasa, 09 Februari 2010

HEro!

Ada beberapa orang yang menjadi inspirasi buat gue dalam perjalanan ini. Ini cuma sebagian yang berhasil gue inget.
Spirit mereka yang menginspirasi dan menjadi lecutan gue dalam betindak. Memenuhi setiap impian gue menjadi kreator dan manusia seutuhnya.
Tatang S - Takeshi Maekawa - Hilman Hariwijaya

Zaman kecil gue di temenin sama komik-komiknya petruk karya Tatang S, buat gue itu komik tersukses di Indonesia buatan lokal. Bisa bikin berkesan di masanya. Setelah itu Kungfu Boy juga jadi pembelajaran buat gue, sosok Takeshi Maekawalah yang memberi jiwanya. Hilman Lupus lebeh gue kenal, ini dia yang bikin gue seneng baca cerita yang penuh imaji, lupus kecil juga jadi bacaan gue zaman kecil.

Eddie Cahyono - Wahyu Aditya - Dimas Djay
Tanpa di sadari film pendek Eddie Cahyono "Masa Lalu dan Masa Sekarang" yang bikin standarisasi gue buat bikin karya di film pendek. Wahyu Aditya juga gue liat dari zaman SMA, waktu masih festival konfiden. Dia HEro animator di zaman 2000an, penuh semangat!. Dimas Djay bikin gue jatuh cinta sama video klip sekarang video iklan...pokoknya karyanya dia menginsiprasi.

Arief Budiman - Thomas Ramdhan - Dhani Ahmad

Arief Budiman sebagai inspirator pekerja seni yang komersil buat gue. Cerdas, hangat dan kreatif. Membangun Petakumpet dan mengangkat kelokalan. Thomas bikin gue ngiler kalo maen bass... Dhani Ahmad sosok yang tangguh juga musikalitasnya gue suka, dulu zaman SD sampai SMP gue banyak dapet kosakata baru dari lirik=liriknya Dewa 19..

tebe - Tio Pakusadewo - Bondan Prakoso

Dari Bang tebe gue kenal seni pemanggungan dan pandangan berfikir kreatif. Sampai sekarang juga masih penuh kreatifitas dan daya juang... Aktor beneran bagi gue Tio Pakusadewo, berkarakter. Dingin... Aktingnya juga enak, ga maksa tapi kuat. Bondan Prakoso, bassis yang bikin gue mau ngeband huehehe... tapi sayangnya ga pernah kesampen bisa kaya dia, lagu hidup berawal dari mimpi menyiratkan perjuangan gue dengan sudut yang berbeda.


Inspirasi bikin gue bergairah! 

ini video tambahan buat nutup postingan ini.


Distorsi



Berakar banget. Dari dulu kondisinya kaya gini. Coba tengok kejadian yang lagi ada. Yang tua korup yang muda mabok. Walaupun semuanya bisa terbalik sekarang.

Ironi, karena kita masih ada di tempat yang sama.
ga juga beranjak.

jejak- film pendek

film yang ga di edit-edit, akhirnya mulai masuk proses post pro. judulnya jadi jejak, diambil dari salah satu judul lagu maureen. yang main Maras Mi Apsari dan Rendy Putra Suryadiningrat.

berseting di kota kembang. film yang rencanya berdurasi 5 menit ini cuma untuk pemuasan diri si pemuatnya huehehehe.... 

Sabtu, 06 Februari 2010

Diam saja.


Saat berdiri di kereta
yang penuh
Apa yang akan anda lakukan
saat melihat ada orang
yang bangun dari tempat
duduknya.
Berusaha secepat mungkin menuju tempat
duduk yang kosong itu,
membiarkan orang lain untuk menempati
tempat duduk itu, atau
diam saja.

Rabu, 13 Januari 2010

Undangan Resepsi dari kawan lama...

Apa yang akan muncul dalam benak Kita saat kawan lama memberi undangan resepsi?


Saat kita sibuk memikirkan baju apa yan pantas di kenakan, maka kita akan menjadi undangan yang sibuk berdandan.

Saat kita ribet mikirin ngasih amplopnya berapa, maka kita menjadi undangan yang memikirkan amplop... kadang berharap suatu hari akan timbul balasan dari kawan Kita ini.

Saat kita sibuk membandingan tempat pestanya maka kita sedang larut menjadi komentator yang paling handal.

Saat kita berangkat sibuk menggunakan kendaraan macam apa. Maka kita menjadi undangan yang ingin terlihat status sosialnya.

Saat Kita menyantap suguhan dari catering mencari celah mana yang enak dan mana yang tidak. Kita seperti sedang menjadi undang yang berwisata kuliner.

Saat kita datang untuk sibuk menilai adat dan kebiasaan yang ada disana, kita berhasil menjadi undangan yang tidak berbhineka tunggal ika.

Saat kita datang hanya untuk memberikan kartu nama dengan titel yang tertera, sungguh kita sedang menjadi marketing paling sejati.

Maka...

Saat kita datang melihat kawan lama Kita berbahagia dan kita ikut berbahagia, lalu tulus mengucap kata selamat. Kita menjadi undangan untuk kawan kita...

Apa makna dari mengahargai?

Makna dari Pantas?

dan makna dari undangan dari kawan lama kita....???



Selamat berbahagia, selamat berjuang untuk masa depan kawan.  Terimakasih karena kita menjadi kawan dalam saat berbahagia ini.