halaman

Rabu, 22 Juni 2011

Kuyu

Pagi itu gue masih terjaga, waktu dimana kebanyakan orang sedang terlelap. 3:43 AM waktu menunjukkan di monitor komputer. Ada beberapa hal yang harus di selesaikan pagi itu. Saat seperti itu gue lebih suka tidak mendengarkan musik dari iTunes, dengan begitu gue punya kesempatan bertegur sapa dengan sosok di dalam diri gue.

Ritual kecil yang menjadi rutinitas.

Pagi itu sosok itu tidak akrab, sulit sekali. Namun ketika jam monitor menunjukkan waktu 4:00 AM gue di temani laki-laki bermata kuyu di samping. Matanya seperti berbicara tentang harapan. Gue nengok sedikit ke sosok itu lalu gue kembali bekerja karena sedang membunuh waktu.
Tidak terasa mata gue mulai "kereyep-kereyep", gue ambil sebatang rokok dari bungkus merah di depan mata. "Api....?" suara itu tiba-tiba memecah, pelan namun tiba-tiba.

Lelaki bermata kuyu itu menawarkan api. Lalu berbicara lebih pelan dari sebelumnya "tak usah terlalu melawan diri sendiri...". Setelah gue menghisap rokok rasanya ingin menghentikan sejenak pergerakan mouse di tangan kanan, lalu menjawab pernyataan lelaki itu.

Gue pun terus mengerjakan potongan-potongan gambar dan tak berminat menjawabnya. "masih ingat dulu, kamu begitu mudah bercerita soal hidup padaku...". Pendirian gue tak sekuat itu ternyata, mungkin karena memburu waktu pekerjaan yang harus rampung jadi moodnya tidak setabil. "masa?" gue pun menjawab singkat.
"Air muka kamu banyak berubah sekarang. itu menurut aku"
Gue tatap muka laki-laki itu, rada bingung sih. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke bungkusan rokok di depan gue.

"...Maksudnya apa?" gue rada terbata-bata. Laki-laki itu tersenyum kecil tapi pandangannya tetap ke arah bungkusan rokok.
"Kalo mau rokok ambil aja kali..." gue coba mengambil alih suasana.
"Terimakasih." sahut laki-laki itu.

Gue putuskan untuk kembali mengambil mouse dan meneruskan pekerjaan. Hanya suara klik...klik...klik... dan hisapan rokok dari mulut gue yang sekarang terdengar. Tapi kenapa gue jadi ga fokus dan penasaran buat ngomong lagi sama laki-laki itu. Gue tahan keinginan itu, gue lawan sekuatnya.

"Tak usah terlalu melawan diri sendiri..." suara itu kembali memecah, tapi lelaki itu sekarang tidak duduk di samping gue. kayaknya ada di belakang gue. Gue menoleh pelan kebelakang, lelaki dengan mata kuyu itu menatap gue sekarang. Cukup lama saling bertatapan, tanpa kata-kata. Jari gue sampai berasa panas karena rokok yang di pegang mulai habis.

"Kamu lihat diri kamu. Sama seperti aku. Mata kita sama, muka kita sama, badan kita juga sama...".
Gue masih menatapnya dalam, "...hanya air muka kita yang tak sama sekarang."
Gue nahan panas rokok di jari yang semakin menaik, mulut gue susah bergerak. Suara gue ketahan di leher, gue coba menelan sisa-sisa ludah di tenggorokan. Karena lelaki bermata kuyu itu ternyata punya perangai yang sama kaya gue.

Hanya lebih muda saja.


(masa lalu yang males bernostalgia...)