halaman

Jumat, 29 Februari 2008

Dingin

Depok lagi dingin. Hujan tidak turun, tapi udaranya memang mendung. Anginnya menusuk. Aku jadi semakin malas saja. Hanya mendengar lagu “Aku Rindu”nya Marcell sambil tidur-tiduran di kasur. Sesekali mengetik bahan tulisanku yang tak kunjunng selesai, apa memang takdirku tak bisa merampungkan tulisan.... hahaha. Biarkan saja obsesi ini berujung. Dengan senyuman harusnya. Semua terlalu dingin sekarang, dingin. Hujan sepertinya meninggalkan bau tanah yang gersang. Sampai hatiku terus gelisah dalam kedinginan ini. Gelisah mendendam, seperti lagu yang kubuat bersama cacay... yah mungkin sedang terjatuh dan tenggelam dalam gelisah yang mendendam ini. Aku tahu cinta itu yang menyelimuti bagai kapas putih. Putih dan lembut. Aku dingin...

Kamis, 28 Februari 2008

2 hari Ayat-ayat Cinta Naik

di 21 Atrium hari pertama penayangan Ayat-ayat cinta ruame amet. Jam 3 semua tiket habis, samape penayangan jam 8nya. malah manajemen bikin kebijakan tiket bisa di pesan sampai tanggal 4 maret ini, jadi yang ga ke bagian bisa langsung pesen tempat duduk... lumayan banyak muslimah berjilbab yang nonton di hari pertama ini. walaupun beberapa orang sudah membicarakan jauh sebelum tanggal penayangannya tapi film ini tetap di tunggu juga... lebih banyak nada minor yang terdengat, kurang bagus lah. kurang itulah. kurang mulu.
apa pun itu kekurangan yang terasa bagi kita sebagai penonton yah terima ajah kale... ga rugi juga kok bayar 15.000-25.000 (malah nomat cuma ceban) buat nonton Film ini, lumayan jadi penyegaran di antara Film misteri dan film komedi semi-semian ituh... tapi gue juga belum sempet nonoton kwakakakakaka.... tapi tetep HIDUP FILM MAKER INDONESIA, HIDUP PRODUSER DALAM NEGERI

Jakarta hujan meteor

makin parah ajah ni kampung (kampung yang besar). Jakarta. ga ada lagi celah buat ngebanggainnya. sekarang ini jalanannya makin banyak yang bolong. parah! daerah matraman, Jatinegara sampe otista....kalo ga apal jalan yang bolong bisa2 pake motor jatoh... dan beberapa waktu lalu gue jadi saksi pengedara motor yang jatoh karena kena lobang akibat hujan meteor itu...jakarta jadi bolong-bolong. Hujan meteor bikin dareh2 yang dulunya baek-baek ajah jadi parah. di derah mampang menuju buncit juga begituh. Astaga! kenapa makin banyak truk GEDE-gede di siang hari bisa beroprasi. Dimana peraturan pembagian pengendara mobil sekarang, macet udah biasa memang tapi IBUKOTA yang jalannya bolong itu ga biasa. mau nyalahin Hujan mulu? yah ampun, kasian sang kodok dong.... sang kodok butuh hujan, nah Jakarta harusnya punya antisipasinya. bisa jadi emang Jakarta di jadi lokasi shoting Meteor Garden kale.... vespa gue bisa rusak nih sang kodoooooookkkkkkkkkkkk.....eh, bang gubernur,,

Selasa, 26 Februari 2008

Ayat ayat Bajakan

Saya pikir, setelah materi film sebanyak 7 Rheel dibawa dari India menuju Jakarta, saya bisa sujud syukur dan berseru ‘akhirnya film ini selesai juga.’ Sejauh yang saya bayangkan, tidak akan ada lagi persoalan besar yang menghadang. Tapi tidak sangka, hasil film ketika diperbanyak di lab Jakarta, hasilnya scratch, seperti nonton film ‘Janur Kuning’. Dua lab Film yang ada di Jakarta (yang ternyata satu-satunya lab di Negeri ini) tidak bisa menanggulangi persoalan itu. Belum lengkap seminggu ada di Jakarta, 7 Rheel Film Ayat-Ayat Cinta diterbangkan di Bangkok untuk diperbanyak sekaligus diberi Subtitle. Lagi-lagi kita kejar-kejaran dengan waktu karena paling tidak film harus sudah jadi tanggal 18 Februari untuk Gala Premiere di Plaza Senayan-Jakarta.
Di Bangkok, persoalan scratch terselesaikan dengan baik dengan cara melakukan duplicate negative film tersebut. Akhirnya, 70 copy film Ayat-Ayat Cinta terselesaikan dalam waktu satu minggu. Pada saat dilakukan pengiriman melalui bandara Swarnabhumi-bangkok, kita terganjal maskapai penerbangan Garuda. 70 Copy tidak boleh di bawa, harus melalui Kargo. Padahal beberapa producer pernah melakukan itu sebelumnya dalam airlines yang sama. Kita sempat berdebat panjang di depan counter check in. Akhirnya hanya 10 copy saja yang bisa kebawa, sisanya harus lewat Kargo. 4 orang yang semula menyertai saya membawa 70 copy tersebut akhirnya harus tinggal di Bangkok untuk mengurus pengiriman lewat Kargo. Saya semakin was-was karena isyu birokrasi di lembaga Bea Cukai bandara terkenal rumit dan banyak preman. Salah-salah film AAC terganjal di Bea Cukai.
Pada saat saya melakukan pengecekan ulang atas 10 Copy untuk keperluan Gala Premiere di Plaza Senayan, saya mendapatkan sms dari teman saya kalau AAC sudah ada bajakannya. Saya kaget, karena belum pernah sepanjang sejarah saya membuat film, pembajak membajak film Nasional. Saya punya kenalan pengusaha dvd bajakan di Glodok yang bahkan pernah bilang ‘Kita tidak membajak film-film Indonesia. Kasihanlah, film Indonesia kan lagi tumbuh. Sayang kalau dibajak. Film Amerika aja yang kita bajak. Mereka kan udah kaya.’ Saya tersenyum dalam hati. Moralitas kadang muncul tanpa kita duga dari jenis manusia seperti apa.
Persoalan moralitas dan manusia itu kemudian yang membawa saya menelusuri kebenaran berita pembajakan film AAC. Manusia seperti apa yang tega melakukannya? Moralitas seperti apa yang dia anut, kalau manusia kelas pembajak glodok (yang menyikapi bajakan sebagai bisnisnya) saja bisa menerapkan ukuran nilai atas produk yang dia bajak.
Saya sangat menyesal mendengar itu, Mas. Kini di Malang sedang geger’ begitu bunyi sms dari teman saya di Malang. Seperti sebuah bola salju yang tergulir, sms-sms lain datang dari Surabaya, Makasar, Jogja. Mereka tidak sekedar mengabarkan, tapi memberikan analisa detil gambar, suara dan hasil edit atas film bajakan AAC. Bahkan ada yang bilang kalau hasil bajakan tersebut sudah di komentari di internet. Subhanalloh!
Saya cuma bisa diam. Hati saya bergolak. Bukan karena film saya di bajak yang kemudian keuntungan yang saya terima sedikit. (Ah, lagi-lagi kalau kita bicara materi tidak akan ada habisnya). Mari kita membebaskan diri dari kecenderungan menilai pembajakan dari unsur materi. Hal paling besar dari pengaruh bajakan adalah: Penonton tidak dididik menghargai kualitas terbaik dari sutradara. Film Ayat-Ayat Cinta, sekalipun di bajakan bisa diikuti jalan ceritanya, tapi bukan kualitas terakhir dari sutradara-producer dan kru serta pemain. Artinya belum ada music yang layak (Masih musik kasar yang diambil dari film Schindler list, Kamasutra, Pasion of Christ, dsb), belum ada tata suara yang mendukung seperti suara Ustadz Jefri melantunkan ayat dan doa, suara Fahri di masjid Al Azhar saat Talaqi masih suara cewek, suara-suara atmosfer lalu lintas di Kairo juga belum masuk. Pendeknya, hasil dari bajakan tersebut belum layak untuk menjadi bahan apresiasi penonton. Jika sudah begitu, apakah penonton juga layak menilai sebuah produk yang memang belum layak untuk di apresiasi?
Kabarnya, saya mendengar justru yang mengkonsumsi AAC bajakan kebanyakan umat muslim pecinta novel AAC. Semoga berita itu tidak benar. Tapi terlepas dari semua itu, saya menyayangkan sikap siapapun yang terlibat, baik membajak maupun mengkonsumsi bajakan tersebut. Apalagi melakukan penilaian atas dasar film bajakan tersebut yang kemudian menghasut, mencerca dan menjelek-jelekkan filmnya dan calon penonton yang mau menonton di bioskop. Saya hanya bisa berharap kepada Alloh untuk memaafkan orang-orang yang melakukan itu. Bagi yang tidak melakukannya, saya ucapkan terima kasih yang paling dalam. Kepadanya, saya hanya berharap doa untuk saya tetap sabar dan tidak terpengaruh.
Jujur, sekali lagi bukan materi yang saya kejar. Lebih dari itu, film ini telah membuat saya mencintai lebih dalam agama Islam, karena keindahan Quran yang menekankan kesabaran dan keikhlasan umatnya.Robbana Afrigh alaina Sabran, Wa tsabit Aghdamana wan surna ‘alalqoumil kafiriin …

diposting dari blog mas Hanung

masyarakat film indonesia (bukan endonesia)

pasti pernah denger lah tentang masyarakat film indonesia, baik di berita atau pun di acara gosip. biar informasinya seimbang langsung ajah klik di http://masyarakatfilmindonesia.wordpress.com

tentang gelaskosong itu

Seorang anak kecil yang ditanya cita-citanya dengan cepat akan menjawab “ingin jadi Polisi, Dokter, atau Presiden” tapi giliran kita ditanya cita-cita tak jarang kita masih berpikir panjang. Hal itu karena anak kecil ibarat gelas yang masih kosong. Rahasia kesuksesan kalau kita bisa jadi gelas kosong yang selalu siap untuk diisi. Bandingkan dengan gelas yang selalu berisi penuh, kalau dituang air maka akan tumpah. Sama dengan pikiran kita, kalau merasa sudah berisi, pendapat, saran, gagasan dan nasehat
yang baik pun akan mental karena sudah merasa berisi.

dikisahkan oleh: Anang Tripambudi

Pagi ini (mengapa aku disini...Jakarta)

masih sama. susah bangun subuh dan langsung sholat. yang ada mata mulai mau di ajak melek jam 1/2 9 hahaha...lelaki yang malas. masih ada belek trus memulai ritual masuk kamar mandi dan melanjutkan minum 3 gelas air putih (mau mulai hidup sehat).
masih sama dengan masalah yang sama. ga juga beranjak. Mencari keberanian, menghapus nama buruk (di anggapan orang-orang itu), meyakini pilihan demi pilihan (hidup yang solid).
masih sama. segelas susu sapi menemani ketikan pagi ini...mengapa aku disini....Jakarta (depok kale), biar kaya kaka nya SLANK

Minggu, 24 Februari 2008

cara Indonesia

Di buat untuk kebetuhan riset produk uniliver regional Asia Tenggara
bulan januari 2008

Bunga Bangsa dalam Penantian...

Sejak tahun 1992 (kalo ga salah) SBB belum lagi ngedapetin prestasi yang prestesius. Saat itu SBB jadi juara Festival Teater Remaja (sekarang Festival Teater Jakarta). Masa Bang Yono[1] sebagai sutradara, SBB berhasil di perhitungkan di teater Jakarta Selatan. Ketika Bang tebe nyutradarain, nama SBB pun masih tetep di perhitungkan. Kira-kira begitu yang gue lihat dan rasain kalau ketemu orang-orang teater di Bulungan[2].

Setelah Bang Yono tidak melatih di SBB ada beberapa pelatih yang megang SBB, karena tidak adanya pendokumentasian yang baik di SBB sejarah itu jadi kabur, jadi ga jelas. Jadi ga tau pasti siapa-siapa saja yang pernah ngelatih di SBB tapi bukan itu topiknya, ada hal yang buat gue menarik, emang ga ada prestasi yang prestesius buat SBB setelah tahun 90an, hebatnya tanpa itu SBB tetep diperhitungkan. Lewat konsep pertunjukan-pertunjukan Bang tebe SBB tetap di nanti sama penontonnya. Paling tidak setiap pertunjukan di Bulungan selalu rame. Malah banyak orang yang nonton emang ga di kenal, maksudnya emang penonton yang emang pingin tau SBB bakal bikin apa. Karena emang dikenal SBB tetaer penuh inovasi. Bang Yono atau pun bang tebe ngebuat hal-hal yang kontroversial di pertunjukan-pertunjukannya; ngelawan arus. Nah, disitulah SBB di nanti orang.

Rumput Tetangga

Berhubung gue di era Bang tebe jadi lebih tau kondisi pertunjukan SBB saat itu di banding eranya Bang Yono. Ada satu pembelajaran yang berharga saat proses pertunjukan yang di terapin Bang tebe, di bentuknya staf produksi setiap adanya pementasan. Emang bagian ini yang paling bikin anak SBB jadi lebih puyeng, udah ngurusin izin latihan sama orang tua yang susah ditambah harus ngurusin kebutuhan pertunjukan. Belom lagi arahan dari para senior yang kadang malah bikin tambah ruet. Harus nyiapain ini itulah, bagi-bagi tugas sama yang lain, laporan setiap habis latihan sampai minjem sana-sini buat minjem property juga dilakonin. Kata bang Oche justeru di situlah suasana pentasnya, tanpa masalah pentas akan hambar. Jadi udah biasa kalau pentas ada masalah.

Penggemblengan ala pertunjukan SBB ini tanpa di sadari ngebentuk mental kerja, itu baru betul-betul bisa di rasain kalo kita ada di produksi pertunjukan group lain. Kira-kira begitulah yang gue rasain. Dari mulai ikut bantu-bantu pertunjukan teater-teater SMA sampai teater jalanan[3]. Ada beberapa group yang ngebentuk staf produksi buat pertunjukannya, malah ada yang sangat rapih dalam penyiapannya. Sampe ada salah satu group nyewa Event Organizer buat ngejalanin staf produksinya, tapi ada juga yang ga bikin sama sekali; tugasnya di rangkap-rangkap.

Nah, disinilah kelebihan SBB karena sudah terbiasa main sambil jadi staf produksi akhirnya mental itu kebawa pas di tempat lain. Waktu jadi staf produksi kita bakal tau betul apa kebetuhan pemain atau pun produksi dan inisiatif kita bakal jalan. Ataupun saat jadi pemain kita bisa mengatasi tugas di luar area pemeranan. Kayanya cara kerjanya udah kebaca. Setelah ini bakal kaya gini terus gini, berarti antisipasinya seperti ini.

Jadi orang begitu tau kita dari SBB mudah-mudahan itu yang bakal kelintas di benak mereka, Orang-orangnya punya inisiatif. Karena masih punya sifat militan dalam kepelatihannya[4] dan pembinaan anggotanya. Walaupun secara awarding belum juga menghampiri SBB, paling tidak ini bisa jadi penghargaan yang ga kalah ngebanggainnya; kami bangga menjadi anggota SBB!



materi ini akan di jadikan digital book dengan judul GElaskosong, doakan rampung tahun ini...

[1] Nama lengkapnya CC. Febriono. Tercatat sebagai pelatih bertangan panas di SBB…Gggrrrrr !!!

[2] Istilah halus buat gembel-gembel kesenian di bulungan; PISS…

[3] Sebutan teater indiepandent buat gw.

[4] Salah satu opini yang di kutip dari orang teater di Bulungan. Namanya

minta di samarin H_ _ Y.

Semua berawal dari mimpi

Mimpi; mimpi bukan sesuatu yang eksklusif yang dimiliki orang-orang yang sukses. Mimpi bisa di miliki oleh siapapun. Orang sukses berasal dari orang biasa yang punya mimpi luar biasa. Mimpi-mimpi itulah yang mengantarkan orang biasa menjadi orang-orang yang punya kekuatan luar biasa.

Martin Luther King Jr. Gandhi, Bill Gates, Jk Rowling, Lance Amstrong, Thomas Alva Edison, Farhan, Dhani Ahmad, Dimas Djayadiningrat atau pun Sardono Wikusomo adalah sebagian kecil dari orang-orang yang percaya bahwa tidak ada yang mustahil. Mimpi memacu harapan yang kuat dan menumbuhkan semangat untuk mengubah hal-hal biasa menjadi hal-hal yang luar biasa (keterampilan, kesempatan, pengetahuan. tenaga).

Pada dasarnya hal yang luar biasa bisa di hasilkan dari hal-hal yang biasa disertai dengan kerja keras dan ketekunan. Hal ini tidak hanya bisa di lakukan oleh orang-orang sukses, tetapi juga oleh orang biasa seperti kita semua dengan segala keterbatasan yang ada.

Lawan Keterbatasan adalah bingkisan kecil yang kami jadikan cendramata dari Jogja. Paling tidak kalimat itu menjadi pemacu kami untuk memahami bahwa segala keterbatasan haruslah kita lawan. Kasarnya, jangan pernah cengeng dengan keterbatasan yang ada, justeru dari situ kita bisa berbuat apa

Waktunya dunia membaca, mendengar, melihat dan menikmati karya dan pemikiran kita yang luar bisa. sekarang kami ingin beregegas untuk melangkah kedepan membuat hal-hal yang luar biasa.

Mari melangkah, dan lawan keterbatasan !