halaman

Kamis, 20 Januari 2011

Membuka pintu kamar

Ada beberapa postingan baru dengan embel-embel buKamar (dibaca : buka kamar), apa sih?? kadang sok asik hehe

buKamar, kegelisahan sekaligus rasa dahaga... saelah! buKamar adalah tempat sampah yang banyak berisi kertas-kertas lecek yang ternyata masih berisi. buKamar adalah berbagi; tepatnya usaha buat berbagi.

...

Cikal bakalnya dari "depan aula", kegiatan di kampus Interstudi. Suatu gagasan buat "belajar" bareng tentang software post production. Sempat 3 kali dibuat dan akhirnya menguap seperti embun. Selang beberapa tahun hasrat ini tetap sama; berusaha berbagi. Seperti gelas yang terisi dan waktunya di tuang ke gelas-gelas yang lain, biar ada manfaatnya.

Gagasan ini di sambut hangat sama MUTUMATA, jadilah workshop kecil-kecilan yang mencakup animasi, editing dan penulisan (untuk yg terakhir belum berjalan). Kali ini dinamakan buKamar. Hampir 3 bulan buKamar berjalan, banyak yang ingin terlibat walaupun akhirnya memilih untuk menepi. Ga sampe puluhan, masih hitungan jari... beberapa mulai menampakkan hasil. Mulai punya harapan, kata orang kita hidup karena punya harapan.

buKamar editing dan animasi masih berjalan. Ga kaya kelas kuliahan emang/ kursus... pokoknya koboi dah cara belajarnya. Selain teknis software dan tools-toolsnya.. buka kamar cukup konsen sama menempa mental dan etos kerja. Karena selain skill ada hal lain yang harus di punya sama pekerja kreatif.

buKamar dikembangin lagi, tidak hanya dilingkup software. Dimulai awal tahun, membuat beberapa tulisan yang "berbagi" soal sikap dan hasrat berkreatifitas.. tanpa maksud apa-apa dan tanpa ada itikad menggurui... sekedar (berusaha) berbagi.

buKamar versi artikel ini lebih di peruntukan buat temen SMA atau yang baru mau masuk perguruan tinggi. Makanya pendekatan komunikasinya ringan. Mudah-mudahan masih sempet dan dikasih energi untuk nulisnya...

Selamat pagi semua.

Rabu, 19 Januari 2011

buKamar : Keberuntungan lewat cara berbeda

"Keadaan kadang tidak berpihak"

Glenn pemuda yang hidup dari keluarga yang serba kecukupan, terbiasa ada. Segala kebutuhan dapat di penuhi kedua orang tuanya. Punya kesempatan untuk mendapatkan ilmu dan informasi terbaik.
Sayangnya dia sekolah "sekena-kenanya". Sayangnya segala fasilitas yang dipunya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sayangnya kemudahan-kemudahan yg bisa didapat tidak di manfaatkan.

Dewi, dari keluarga yang biasa-biasa saja. Serba kecukupan, tidak berlebih. Tidak punya kesempatan untuk meneruskan diperguruan tinggi setelah lulus SMA. Fasilitas tidak punya, kalau pun ada benar-benar seadanya. Semua serba terbatas.

Diamanakah kita? Glenn atau Dewi??

...

Kadang sebagai anak kita merasa orang tua kita begitu berjuang. Apa saja coba diusahakan. Ngutang kalau perlu, yang penting anaknya bahagia. Ada juga yang bener-bener terbatas. Pinginya memberi yang terbaik, tapi kenyataannya tidak bisa memberi itu...

Sering kita tidak mengerti. Sering kita menyesali keadaan orang tua kita.

Sering kali kita berharap bisa seperti Glenn. Sering kali kita ingin punya sesuatu yang teman kita punya. Kenapa kita tidak mendapatan keberuntungan itu??

...

Kembali ke Dewi,

Dewi dengan segala keterbatasannya mampu keluar dari itu. Dia cuma punya "IMPIAN". Segala ketidak beruntungan ia jadikan PECUTAN!! Ia mengeluh dalam hati, namun membuktikannya lewat usaha.

Dewi berusaha, Dewi tak kenal lelah. Dewi selalu enerjik, bahkan saat lelah sekali pun.

...

Entah sekarang, keadaan siapa yang tidak menguntungkan? Dewi atau Glenn?

Kerbatasan itu bisa jadi kesempatan. Keterbatasan itu bisa menjadi DAYA JUANG. Keterbatasan itu bisa jadi celah kreatifitas. Keterbatasan itu bia menjadi peluang, bahkan anugrah.

Kadang kita tidak seberuntung Glenn.

Andai kita bisa seperti keadaan Glenn dan punya kekuatan seperti Dewi.. tapi itu biasanya kecil kemungkinannya (walau pun pasti ada).

Kita tidak perlu menjadi keduanya. Jadilah diri kita. Punya semangat/ hasrat seperti Dewi.

Mencitai apa yang kita miliki, namun tidak menyerah oleh keterbatasan.

Banyak orang yang tertekan denga keadaan namun akhirnya mampu keluar dari itu dengan gagasan yang brilian. Manusia seperti ODOL, ditekan baru KELUAR!!

Akhir kata gue coba ngutip kata-kata dari kawan baik saya, kurang lebih begini "SEKARANG GUE GA APA-APA KAYA GINI, TAPI LIAT 10 TAHUN LAGI GUE JADI APA!!".



Selamat berjuang kawan!

Hawa

Sekian puluh tahun, mungkin ratusan tahun media mampu menghipnotis masyarakat. Membangun presepsi . Bisa bikin masyarakat mengamini, bahkan merubah gaya hidup dan pandangan. Media berperan sangat penting untuk itu...

Wanita cantik dalam era 2000-an di simbolkan media lewat berwajah putih, tinggi, langsing, beramput lurus, punya gigi rapih, punya mata berwarna...hufh!! sesak banget.


Wanita selalu mengidamkan dirinya bisa CANTIK. Wanita rela mengorbankan apa pun untuk itu. Hebatnya ia mampu bertahan berjam-jam untuk bisa tampil CANTIK.

CANTIK yang dimaksud buat gue itu, CANTIK versi media. Kayaknya kalau belum berkulit putih dan berwajah mulus wanita akan merasa kurang cantik. Kalau rambutnya tidak lurus wanita akan merasa ada yang kurang. Kalau tubuhnya tidak langsing, ia bisa kehilangan rasa percaya diri.

Lelaki mana yang tidak suka melihat wanita CANTIK, kenyataanya banyak laki-laki yang termakan presepsi CANTIK versi media (lagi-lagi). Ia akan membuat kesimpulan yang sama bahwa wanita cantik itu ya kaya yang di TV, di Iklan atau pun di catwalk. Mencengangkan sekaligus prihatin hehe.


Tuhan menciptakan manusia pasti sangat kreatif. Rasanya kalau semua wanita ingin CANTIK seperti versi media bukankah akan menjadi stereotype. Semua akan terlihat sama. Semua akan menjadi serupa??

Kadang tergeletik lihat wanita yang MEMAKSAKAN untuk bisa CANTIK versi media. Bela-belain makan obat, dan pakai tabir surya supaya kulitnya jadi putih. Atau melihat wanita rambutnya di lurusin. Bahkan melihat wanita rela tampil langsing dengan berbagai cara.

Oke kembali lagi Laki-laki pasti suka wanita CANTIK. Munafik laki-laki yang ga suka wanita CANTIK.

Tapi boleh dong punya pendapat lain soal CANTIK versi gue sendiri. Karena gue besar di Indonesia, presepsi yang tumbuh wanita cantik itu yang kulitnya sawo matang atau kuning langsat. Kayaknya lebih seksi dari pada kulit putih, anehnya justru orang barat pingin kulitnya jadi kaya begitu. Eh... orang kita malah maunya putih-putih... sungguh aneh tapi nyata hahaha

Rambut lurus buat gw tanpa terlihat sehat malah jadi maksa. Lurusnya obat dan efek salon pasti beda sama lurus yang asli. Kalau pun ga lurus emang kenapa? Rambut katanya mahkota, jadi siapa bilang mahkota itu mesti lurus. Justru mahkota itu penuh warna dan perbedaan. tengoklah sebentar ke bunga-bunga di taman... jadi biarlah rambut wanita berbeda seperti indahnya bunga-bunga itu; berkarakter dan rupawan.

Yah, tapi ga bisa di salahkan juga kalau wanita mau terlihat CANTIK versi media. Mau gimana? karena jumlahnya banyak. Karena setiap saat media menggempur dengan informasi seperti itu... CANTIK adalah idaman wanita bahkan laki-laki. Semua akan kembali ke dalam...

Ga akan ada yang berlangsung lama, ga akan ada yang abadi. Semua pasti memudar, melebar, berkerut dan menua.

Seperti Bintang



Jauh diatas sana. Terlihat kecil memang.
Bersinar penuh kilau.
Seperti Bintang.

Hadir saat malam menjelang.
Kadang tak menampakan walau nyatanya tetap ada.
Seperti Bintang.

Seperti Bintang;
Indah, namun tak tergapai.

Senin, 17 Januari 2011

Pagi di depan jendela

Lewat di jalan Jeruk purut menuju Antasri, sekarang sering terlihat pengamen-pengamen buta. 2 bulan yang lalu belum ada, sekarang jadi semakin banyak. Setiap lampu merah berhenti mereka mendatangi satu persatu mobil. Berharap ada uang 500 perak atau lebih bisa di dapat.

Gue termasuk yang tidak terlalu suka ada yang minta-minta. Anehnya selalu tergelitik ngeliat kaya gitu.

....



Kenapa Tuhan menciptakan hamba yang buta? tanpa bisa melihat. Gue sempet berfikir tuhan sayang sama mereka, karena di jaga matanya dari segala kenistaan duniawi ini. Mungkin Tuhan sangat sayang sehingga mata mereka di buat bersih dari dosa. Kadang gue juga mikir mereka ada untuk mengingatkan, atau memberi peringatan.

Kita yang normal supaya bisa lebih merunduk, dan bersyukur sama apa yang di beri Tuhan. Kita di kasih "tutorial gratis" sama tuhan.

Gue kadang cuma mikir doang, jarang banget ngeluarin 500 perak buat bantu ngeringanin pengeluaran harian mereka, pasti butuh makan lah.. walaupun ada yang "bantu" mereka-mereka itu (pengamen yang buta). kadang 500 perak ga ada artinya buat kita saat ada, tapi buat sebagian orang 500 perak begitu berarti...

Justru gue merasa mata gue lah yang di buat buta sama tuhan. Gue menyaksikan mereka secara langsung, tapi hati ini ga juga bertindak. Mata gue ada tapi tidak benar-benar melihat; gue buta.

Banyak mobil-mobil bagus yang berpenumpang buta, jumlahnya lebih banyak dari pada 10an para pengamen buta itu. Termasuk gue; pengendara motor butut... gue rasa Tuhan selalu punya sekenario yang ciamik. Kadang sulit di tebak, tapi sebetulnya gampang dicerna. Ngomong begini emang gampang, ngelakuinnya yang berat. Belum ngasih aja kita pasti sudah berasumsi yang tidak-tidak. 


Kita benar-benar MENUJU KEBUTAAN... sungguh malang kita, hidup bermata dua namun buta.

Senin, 10 Januari 2011

buKamar : Mulanya Tak Biasa Saja

Setiap hari segala yang kita lakukan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan (habit). Apa yang bisa kita dengar, lihat dan rasain lama-lama juga akan merangsang kebiasaan kita.

contohnya gini, orang yang bacanya cosmo girls sama orang yang bacanya poskota pasti beda cara melihat sesuatunya.

Kenapa?
Karena informasi yang biasa di baca berbeda, tanpa di sadari itu ngebentuk pola pikir orang.

oke balik lagi...

Nah, apa kebiasaan kita? 
Itu jadi penting kalau kita mau terjun di bidang kreatif. Segala bentuk informasi akan membentuk pola pikir. Pastinya akan membentuk IMAJI kita. Jadi saat di butuhkan ide kreatifitas kita, pola pikir kita pasti punya peranan penting.

Yang terbiasa kesehariaanya kaku, pas menghadapi masalah percintaan bisa stress. Mungkin beda sama orang yang kesehariaanya cuek, pas ngadepin masalah percintaan di bikin nyantai aja..

...

Jadi buatlah kebiasaan yang ga biasa. Mulailah dari hal terkecil. Dari yang kecil-kecil biasanya akan menjadi hal yang besar.

mulailah melakukkannya untuk diri kita, siapa tau kebiasaan itu punya nilai buat kita.

Temen-temen ngebiasaain buat berkreatifitas. Awalnya pasti males. Lama-lama karena dilakuin, jadi kebiasaan.. (kaya penjelasan diatas).

Atau coba cari kebiasaan lain. Suatu hari itu semua akan terjawab. "BISA KARENA TERLATIH"

Selamat malam mingguan semua...

buKamar : Oleh-oleh terima kasih dari email

Gw termasuk pemalas buat ngebaca, kalo ga suka ga akan gw baca apapun itu. nah gw mulai mencoba melakukan apa yg gw ga suka kurang lebih dari 5 tahun yang lalu. Dari sekian yang gw baca ada bebarapa yg berkesan, salah satunya ini. Entah kenapa untuk yg ini sulit untuk bilang gw ga suka tulisannya.

Tanpa sengaja gue cek email dan ada kiriman dari CCI (salah satu milis kumpulan orang-orang di industri kreatif). Hampir satu tahun gue gabung di milis ini. Itu juga dapet rekomendasi dari anak-anak Pariwara.



Subject di emailnya : KREATIVITAS ITU ADALAH SIKAP HIDUP. BUKAN JOB DESKRIPSI!

Menulis adalah sebuah kreativitas. Waktu jaman sekolah dulu menulis adalah tugas yang diberikan guru pada muridnya. Menulis saat itu adalah pekerjaan yang membebani. Waktu pertama bekerja sebagai copywriter juga demikian, membuat naskah iklan buat saya juga sebuah tugas. Jadi secara umum, kreativitas bagi saya adalah job deskripsi.

Pemahaman seperti itu harus dirombak! Untuk jago nulis, ga ada cara lain kecuali latihan dan latihan. Saya suka kecewa sama copywriter yang ga suka nulis, padahal itu kerjaannya kan? Membuat iklan itu ibarat sebuah pertandingan. Bagaimana mungkin kita mau memenangkan pertandingan kalo kita ga pernah latian. Mustahil bukan?

Semua copywriter di kantor, saya anjurkan untuk bikin blog di internet. Sering menulis di blog sama aja dengan latian terus menerus. Akibatnya, kita jadi fasih membolak-balik sebuah kata, kita jadi mampu memberi makna baru pada sebuah kata dengan memanfaatkan konteksnya.

Ketika pekerjaan datang? Dengan mudah kita kita kan membuat headline yang impactful. Kita mampu memaksa konsumen untuk memelototi bodycopy karena kita telah mengemasnya dengan sangat menarik. Sekarang ini, saya perhatiin hamper ga keliatan copywriter yang menonjol. Mereka jarang nulis tapi lebih seneng berbalas pantun ditwitter. Hati-hati loh! Twitter itu kadang membuat kita jadi malas untuk menulis copy panjang.

Seiring dengan perjalanan hidup, lama kelamaan saya suka banget nulis. Sejak melahirkan buku pertama, menulis buat saya adalah kebutuhan, seperti makan. Rasanya saya ga bisa hidup kalo ga menulis. Memang untuk memulai menulis itu rada susah, apalagi bagi orang yang pemalasnya bukan main seperti saya. Akan tetapi, belakangan saya mendapat pemahaman baru: Menulis itu seperti makan di warung padang. Saya selalu males pergi ke warung padang, karena menunya udah ketebak; rendang, kalio otak, sayur daon singkong, ampla, sambel ijo dan lain-lain. Kapanpun kita pergi ke sana ya menunya itu-itu aja.

Akan tetapi begitu kita udah sampe di sana, apa yang terjadi? Saya bisa makan sampe 4 piring. Kalo udah ketemu kalio otak, udang balado dan sambel ijo, saya selalu kalap. Lupa sama usia yang seharusnya udah mulai mikirin kesehatan, mikirin kolesterol, mikirin asam urat dan berbagai penyakit yang selalu mengancam. Tapi begitulah yang terjadi. Sama kayak mau nulis, susah banget mau mulai, tapi begitu udah mulai ngetik eh ga tau kenapa jemari saya susah berenti. Maunya nulis dan nulis aja.

Alhamdulillah saya sejak kecil suka mencatat apapun yang terjadi pada saya. Kejadian yang dicatat bukanlah hal-hal luarbiasa tapi sebuah peristiwa sepele yang sama sekali ga berarti dalam hidup saya. Misalnya pas digodain banci, bertengkar mulut sama polisi gara-gara dia nuduh saya nabrak lampu merah atau kuping saya berdarah karena sedang mencukur rambut saya sendiri…pokoknya apa aja saya catat.

Sejak ada komputer, semua catatan itu saya kumpulin di folder tersendiri. Saya kasih nama `Gudang Ide.' Ga terasa ternyata udah banyak banget peristiwa kecil yang ada di sana. Dan sekali lagi alhamdulillah saya mensyukuri banget kebiasaan saya mencatat tersebut. Kenapa? Karena kalo saya lagi pengen nulis dan ga tau harus nulis apa, saya tinggal buka folder itu. Setelah mengamati berbagai catatan tersebut, hampir selalu saya mendapakan ide untuk ditulis.

Karena catatan-catatan itu tentang segala macam kejadian, maka ga heranlah tulisan saya jadinya macam-macam. Kadang saya nulis tentang periklanan, kadang tentang makanan, pernah juga saya nulis tentang sakit tulang belakang saya yang ga pernah sembuh-sembuh. Tapi gapapa! Menulis itu, buat saya, sebenernya bukan untuk menyenangkan orang lain. Saya menulis untuk diri saya sendiri. Saya punya pemahaman bahwa menulis itu adalah ekspresi, curahan hati dan cerminan diri.

Akibatnya saya ga begitu peduli apakah tulisan saya dibaca oang atau kagak. Saya ga begitu risau kalo ada orang yang mengatakan bahwa tulisan saya jelek. Yang saya rasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati ini, dan baru akan terasa lega ketika bisa saya curahkan dalam sebuah tulisan.

Dan sekali lagi saya mendapat pemahaman baru. Sebuah tulisan yang bagus bukanlah tulisan yang memakai istilah yang susah-susah, bukan juga yang ribet karena sok ilmiah. Buat saya tulisan yang bagus adalah tulisan yang MENGGUGAH EMOSI! Emosi dalam arti pembaca akan terharu, tersenyum, geli, ngakak, berurai airmata.

Nah berangkat dari situ, saya akan selalu menulis setiap kali hati saya tergugah. Insya Allah tulisan kita akan jadi bagus. Kenapa? Karena udah terbukti kalo emosi kita tergugah, seharusnya pembaca juga akan tergugah kan kalo kita ceritakan kembali? Apalagi kalo tulisan itu kita perkaya dengan pengemasan di sana-sini. Pengemasan itu bisa berupa jokes, kutipan orang terkenal, atau kata-kata bijak yang relevan dengan isi tulisan kita.

Kita ga perlu minta berkah sama Allah SWT. Allah itu maha pengasih dan maha penyayang. Berkah itu ada di mana-mana. Yang perlu kita lakukan adalah membuka pancaindera selebar-lebarnya maka kita akan menemukan begitu banyak berkah, ilham, ide yang telah diletakkan Tuhan di sekeliling kita. Dari sekian banyak peristiwa yang tertangkap oleh pancaindera itu pastilah ada beberapa yang menggugah emosi kita. Nah di situlah kita harus bersyukur sebab kita telah menemukan sesuatu untuk ditorehkan dalam bentuk kata-kata.

Ada satu peristiwa kecil ketika saya menulis buku. Saya males banget nulis bagian `Ucapan terimakasih' karena saya tau bagian ucapan terimakasih adalah bagian yang ga pernah dibaca orang. Tapi tetep harus ditulis sebab ada banyak orang yang udah ngebantu saya dalam pembuatan buku itu. Dilema sekali bukan? Seharusnya, apapun yang kita tulis haruslah dibaca orang. Kalo ga, ngapain ditulis dong? Untungnya Tuhan kembali ngasih jalan ke saya. Apa yang saya lakukan? Saya mengemas bagian ucapan terimakasih di buku saya yang berjudul `Si Muka Jelek' sebagai berikut:

TERIMAKASIH ITU MENYEJUKKAN

Seperti biasa pagi itu saya pergi ke kantor dari rumah saya di Cibubur. Di gerbang Tol Kampung Rambutan menuju ke Jalan Tol TB Simatupang saya berhenti. Tidak seperti biasanya, si penjaga Tol menyapa saya. Padahal biasanya nengok ke kita pun kagak. Umumnya penjaga Tol cuma nadahin tangan doang lalu menyambar uang kita tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Selamat pagi." katanya dengan suara riang.

"Selamat pagi juga." sahut saya sambil menyerahkan uang sebesar Rp 10.000.

Sambil menunggu uang kembalian, saya menatap ke arah penjaga tol itu. Dia seorang laki-laki berkulit gelap, berusia sekitar 50 tahun. Wajahnya sama sekali ga ganteng tapi tampak berseri-seri dengan senyum kecil ga pernah lepas dari bibirnya. Saya suka ngeliat parasnya. Tipe orang yang menikmati hidup dan senantiasa bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

"Terimakasih banyak Pak. Hati-hati ya mengemudi." kata Bapak itu lagi seraya menyerahkan uang kembalian ke saya.

Sungguh sejuk perasaan ini. Cara Bapak itu mengucapkan terimakasih terdengar begitu tulus ke luar dari hatinya. Bukan hapalan yang diperoleh dari training perusahaannya. Saya jadi semangat mengawali hari dengan dibekali keramahan seperti tu.

Besok paginya saya ketemu lagi sama Bapak itu. Dan sikapnya masih seperti kemaren. Ramah dan penuh energi. Bahkan yang lebih hebatnya lagi, dia ternyata masih mengenali saya.

"Wah ketemu lagi kita. Selamat pagi Bapak." sapanya sambil meraih uang dari tangan saya.

"Selamat pagi juga. Kok bisa bisa inget sama saya?"

"Ya inget dong. Masa baru sehari lupa?" sahutnya dengan jawaban sederhana lalu melanjutkan, "Ini kembaliannya. Terimakasih dan hati-hati di Jalan ya?"

"Terimakasih juga." sahut saya sambil berlalu memasuki jalan Tol.

Begitu berpengaruhnya keramahan Si Bapak sehingga setiap hari saya memerlukan diri untuk selalu memilih gerbang Tol tempat Pak tua itu bermarkas.

Hari demi hari, hubungan kami makin akrab walaupun pembicaraan tetap ga lebih dari ucapan terimakasih dan hati-hati di jalan doang. Abis gimana lagi? Kami ga sempet berbicara lebih banyak karena mobil-mobil di belakang udah neror dengan klaksonnya.

Sampai suatu hari Bapak itu menghilang. Ga jelas ke mana. Konon kata orang dia dipindah ke Gerbang Tol lain tapi ga tau Gerbang Tol yang mana. Dan percaya ga? Saya sedih loh. Aneh deh, rasanya ada yang hilang, rasanya ga asyik mengawali hari tanpa keramahan Si Bapak.

Dan ternyata bukan saya aja yang merasakan hal itu. Isteri saya juga merasa kehilangan. Dan yang lebih aneh lagi, ketika kami lagi ngumpul-ngumpul bersama temen-temen satu komplek, mereka juga sedang membicarakan Si Bapak penjaga Tol. Keramahan Bapak itu ternyata telah memberi bekas yang mendalam di hati banyak orang. Bayangkan, begitu hebatnya ucapan terimakasih kalo diucapkan dengan hati tulus ikhlas.

Saya ga tau Bapak itu berada di mana tapi Si Bapak telah meyakinkan saya bahwa kata `Terimakasih' yang tampak begitu sepele ternyata bisa begitu berarti bagi orang lain. Saya sangat berterimakasih pada Bapak Penjaga Tol atas keramahannya yang telah membuat saya optimis menghadapi hari dan memacu semangat saya untuk bekerja dan menyelesaikan buku ini.

Karena itu saya juga ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya buat semua pihak yang telah mendukung sehingga buku ini dapat terbit. Khususnya buat Chappy Hakim, Glenn Marsalim, Amira Hapsari, Saiful Huda, Ridward Ongsano, Asep Herna dan semua pihak yang telah membantu.

Terimakasih juga perlu saya tujukan buat Ariyanto Zainal dan semua penghuni MACS909. Semoga Allah SWT memberkati kita semua. Amin.

Setelah membaca `Ucapan Terimakasih' di atas, coba bandingkan dengan `Ucapan Terimakasih di buku-buku lain. Jadi agak beda kan? Dan semua orang yang membeli buku saya mengaku bahwa mereka membaca ucapan terimakasih itu. Dan mereka mengatakan juga bahwa jarang-jarang mereka mau membaca bagian ucapan terimakasih. Mereka bilang ucapan terimakasih yang dikemas seperti itu sulit sekali untuk tidak dibaca.

Intinya adalah; kreativitas itu adalah sikap hidup. Bukan job deskripsi. Jadi di mana pun kita mau nulis berusahalah untuk kreatif. Misalnya kalo kita lagi kasih komen di artikel sblog temen, kita juga perlu bersikap kreatif. Keliatannya cuma komentar doang tapi itu tulisan kita juga kan? Usahakan bikin yang menarik. Jadi jangan cuma nulis:

- PERTAMAX.

- Saya setuju Pak.

- Nice posting dan salam kenal Mbak.

- Wah selamat ya banyak yg komen.

- dan lain-lain.

Komen-komen seperti itu sama sekali ga kreatif. Komen yang bikin penulisnya juga bingung mau ngebales apa. Cobalah bikin komen yang menarik, ga peduli itu bentuknya pujian, kritikan atau ngasih pendapat lain, tulislah secara kreatif dan relevan dengan isi artikel. Kalo terjadi demikian akibatnya bukan cuma tulisannya aja yang bikin kita seneng tapi ruang komennya juga akan seru menjadi ruang diskusi yang sehat dan menambah pengetahuan kita tentang obyek yang dibicarakan. Kalo boleh saya mengulang lagi :

KREATIVITAS ADALAH SIKAP HIDUP. BUKAN JOB DESKRIPSI!



.....


Gooookiiillllll, tulisan dari om Bud (Budiman Hakim) ini tak kuasa buat gue (akhirnya) ikutan nimbrung di milis ini. Untuk yang pertama kalinya. emm... kalo ada yg belum tau siapa om Bud bisa klik link ISI GELAS KOSONG di samping kanan.


Lalu gue pun memposting email di CCI



Hampir setahun saya mengikuti milis ini, beberapa tulisan saya simak namun banyak yang saya tidak buka. Saya memang pemalas. Terkadang merasa beberapa subject tidak mengena di hati saya. 

Untuk Om Bud, setiap saya membaca atau pun mendengar pemikirannya. Perasaan saya tetap sama seperti pertama kali saya lihat seminar di salah satu kampus di depok. Menggetarkan. Saya pun sempat melontarkan di suatu kesempatan saat membuat event, dulunya saya ga tau siapa Budiman Hakim saat di tanya salah seorang. Terus saya coba cari tahu lewat buku beliau, sampai pengen tahunya saya ikut seminar di depok. Sejak saat itu saya tergoda. Tidak cukup sampai situ, mungkin saya hanya salah satu orang yang kuper dan ga tahu siapa Budiman Hakim. Saya bertekad dalam hati; teman-teman saya harus tahu siapa dia.

Kesempatan itu menghampiri, om Bud mengisi event yang dibuat di kampus saya dulu. Hasilnya ketika presentasi berakhir tentu semuanya bisa menebak, banyak mahasiswa yang "tergoda". Dan mulai mencari tahu siapa beliau; sama seperti saya. "Undang Budiman Hakim lagi dong sebagai pembicara" celetuk salah satu mahasiswa baru bernama Sisil. Saya cuma jawab dalam hati, yang baru denger ceritanya ajah bisa sepenasaran begini, saya cuma bisa balas menjawab "gantiaan dong elu yang undang...".

Dan tekad saya terpenuhi, yang belum tahu Budiman Hakim jadi tau. Yang baru baca bukunya jadi bisa lihat mukanya. Yang udah tau ya makin tau.

Trimakasih Om Bud.

....


Awalnya ini sempet gw share ke beberapa temen, tapi ga utuh. Mumpung di blog bisa nulis panjang-panjang. Jadi gw tulis selengkap-lengkapnya...hehe 
Maap kalo rada panjang. 

Terimakasih kalo ada yang baca...

buKamar : 5 Indra + 1 lagi kalau boleh...

"Tuhan sudah memberikannya pada kita, tugas kita memanfaatkannya"

hehe sok asik bener yak?

Pengen "buang air" ceritanya, sambil minum teh manis hangat di waktu sore... hehe

....

Kadang kita luput sama hal-hal kecil. Padahal itu sangat berguna, mungkin kitanya belum terlalu ngeh. Nah, temen-temen sekarang ini yang lagi "hangat-hangatnya" sama art (teater, tari atau pun musik) perlu banget ngeh sama indra yang ada.

Ada 5 indra kan... nah kalau saja kita tau gimana cara maksimalin salah satu indra itu, kita bakal punya satu keahlian. Misalnya indra penglihatan kita dimaksimalin, kebayang ga sekali ngeliat hal-hal menarik mata kita bisa jadi "mesin scan" yang langsung kesimpen di memori kita. semakin banyak yang di scan, makin kaya wawasan kita.

Bisa juga indra pendengar yang dimaksimalin, kita bisa bedain bunyi-bunyi dengan tekanan yang berbeda. dan bisa bedain melodi-melodi yang keluar dari bunyi-bunyi itu...

Nah mumpung masih muda dan semangat-semangatnya. Jangan ragu buat ngegali ke-NGEH-an indra kita. Ngomong ngeh kan sama arti NGEH??. Siapa tahu bukan cuma 1 indra yang bisa dimaksimalin sama temen-temen tapi 2 atau 3 indra sekaligus. Percaya atau ga, suatu hari kalau itu terus diasah bisa menghasilkan sesuatu buat temen-temen.

Dan kalau itu semua bisa kita kombinasiin (indranya) mungkin kita punya indra ke 6. Kreatifitas perlu banget itu... 

Nah udah ngeh belum indra apa yang paling temen-temen rasa punya potensi buat dikuatin??

sambil mikir gue bobo dulu ya...

Sabtu, 08 Januari 2011

Mumet

Mumet.
di temani layar monitor gede, asap rokok dan setengah air yang sudah mulai dingin.

Mumet.
Semua waktu jadi tubrukkan.

Mumet.
Mungkin sang pemilik waktu sedang menegur.

Mumet.

Selasa, 04 Januari 2011

Replika Monyet bertangan empat

Anggaplah ini fitnah, jadi ga perlu dipercaya 100% (namanya juga fitnah, dosa kalau dipercaya...).

....

Sebutlah negeri Pisang. Empuk, berserat, bersahaja. Punya ambisi dan toleransi, terdengar ramah namun anarkis. Segala sektor hampir di isi monyet-monyet bertangan empat; megang pisang di setiap tangannya. Kadang dimakan, kadang di umpetin.

Negeri Pisang punya kebanggan, salah satunya cabang olah raga. sebutlah Bulutangkis monyet, Sepak bola monyet dan Voli monyet. 3 olah raga yang begitu membumi di negeri ini. Hingga saat ini.

Sepak bola monyet selalu melahirkan cerita-cerita. Mayoritas menyukai dan bisa menikmatinya. Hingga tibalah masa di mana negeri Pisang di sibukkan dengan kepentingan-kepentingan para monyet yang memiliki kekuasaan.

Pisang Super Liga yang dulunya bernama Liga Pisang sudah 14 tahun bergulir. Dalam usia itu segala bentuk penyempurnaan terus di kejar. Mulai dari pendanaan hingga kompetisinya. Lucunya Liga ini selalu grogi setiap akan memulai kompetisinya, jadwal kompetisi seperti tidak pernah paten di negeri ini.
Dengan segala persoalannya Liga ini tetap berjalan dan diminati.

gue termasuk yang mengikuti perjalanannya, walaupun ga hatam. Masih teringat saat pertama kali Liga ini ada, animo masyarakat masih kecil. Hanya klub-klub yang punya nilai historis yang di padati penonton. Sisanya ala kadarnya. Hebatnya berita ricuh antar sporter sudah ada dari dulu... Sempet ngayal "kapan ya negeri Pisang ini punya suporter yang padu dan terorganisir???".

Waktu pun menjawab, di awal tahun milenium perlahan namun pasti suporter mulai terorganisir. Stadion di isi dengan nyanyian dan yel-yel kreatif. Rasanya optimis bahwa negeri ini semakin dewasa.

....

Dari mana dana klub Pisang Super Liga buat ikut kompetisi ini?
Sponsor (yang tentunya bukan kompetitor sponsor utama Liga nya), dari tiket masuk, donatur dan dari pemerintah daerah. Kenyataannya itu belum cukup. Ada ajah klub yang gulung tiker karena persoalan dana. Klub negeri pisang dari kota kembang pernah berjaya di awal liga ini,  namun sangat mengenaskan harus gulung tikar.

Dari pemerinta daerah cukup besar dana yang di suntik ke klub-klub peserta (terbagi untuk klub peserta Pisang Super Liga dan Devisi Utama Pisangnya). Setiap tahun dana ini di anggarkan. Sehingga klub punya tambahan "darah". Tinggal pinter-pinternya klub buat mengelolanya.

Nah, apa bener dana yang turun sesuai dengan yang di anggarkan? Ini dia negeri Pisang. Di huni monyet-monyet bertangan empat. Dari yang terkecil sampai yang terbesar pasti yang namanya "potongan" selalu ada, dan DIMAKLUMI. luar biasa!

Anggaplah dari dana itu 10% kena "potongan". Kalau di kali jumlah klub yang ada di 2 kompetisi kayaknya cukup buat beli pisang 70 truk. Kemana potongan itu? ya tanyalah pada rumput yang bergoyang. Celakanya kalau dana itu dari pemerintah daerah, pastinya dana itu di dapat juga dari warga-warganya (lewat pajak dll). Berarti duit warga terus ajah di "potong" sama monyet-monyet. Emang dasar monyet bertangan empat!

....

Kini muncul-lah gagasan di buat Liga baru. Bernama Liga Premier Pisang (LPP). Dengan visi setiap klub di benahi dan dikelola secara profesional. Klub di didik untuk mandiri dan mampu mengambil pemasukkan diluar penjualan tiket saja. Tentunya tidak mudah, butuh waktu...(inget cerita suporter diatas). Tapi kalau tidak di mulai kapan lagi..

Masa duit rakyat terus-terusan yang di "potong" sama monyet-monyet?? ga rela dan ga sudi. Mending anggaran daerah itu buat bikin fasilitas olahraga yang lebih MANUSIAWI. lebih memberikan kenyamanan bagi atlet dan penonton. MASA GA BISAAA???!

atau untuk mendidik generasi muda, bikin sekolah atlet dengan fasilitas internasional kek! dana-in klub-klub yang punya anak didik di bawah usia 14 tahun. Mulai lah membuat program untuk 10 tahun kedepan. Dengan proses yang benar dan bertahap. Sehingga pemain juga matang dan kompetisi juga berkualitas. Masa ga bisa???

Butuh waktu memang, tapi mari di mulai. Atau takut jatah pisang di tanggan jadi berkurang?

Semoga LPP tidak didirikan untuk menjaring monyet-monyet bertangan empat yang baru. Cukuplah monyet-monyet profesional dan CERDAS membuat industri Sepak bola di negeri Pisang ini bergairah. dan Berprestasi.

Salam hangat,
Monyet Geregetan.