halaman

Rabu, 23 September 2009

Biarkan Tanah Menjemputnya

Bagaimana manusia di ujung hayatnya? setelah roh terlepas. Lantas? berbagai tradisi mewarnai. Menjadi abu, menyatu dengan tanah hingga hilang tak berbekas. Lalu siapa yang punya kuasa menentukkan dimana kita memutuskan meninggalkan jasad ini?
Siapa yang berhak melarang?

...

Sungguh saya sempat teriris ketika orang-orang PKI dilarang dimakamkan kembali di daerahnya. Warga setempat merasa derahnya akan "tercemar". Mereka anti komunis.
Begitu pun saya kembali menganga setelah tadi meyaksikan adegan yang tidak begitu berbeda di televisi, warga kudus menolak jenazah orang yang dianggap teroris. Mereka keberatan saat daerhanya ada kuburan teroris.
Apa pun sifat dan sejarah mereka yg mati, ketika mati mereka tinggallah jasad. Semuanya hanya fisik. Tak ada arti dan guna. Biarkan saja terpejam dan menyatu dengan tanah. sebagaimana di riwayatkan. Mengapa mereka takut? Siapa yang tidak melihat sebagai manusia.

manusia.
bukan komunis ataupun teroris.

mereka manusia, sama

seperti

Kita.

...

Ini tanah milik siapa? ini tanah tak akan mencemarkan kebaikan dan keburukkan seseorang? ini tanah tak akan menandakan siapa baik siapa jahat... ini tanah punya caranya sendiri. Kalau hendak menolak ia pun menolak. Kita tak berhak! meamngnya kita lebih mulia dari komunis dan teroris.

Tidak ada komentar: