halaman

Selasa, 03 Februari 2009

Macan Terbang (Sambungan dari terus belajar)

Ini Episode ke-2nya hehehe...

Banyak banget "macan" yang hilir mudik di depan gue. Sepintas memang macan, tapi kalau diperhatikan ternyata hanya merasa jadi macan saja. Banyak yang sudah merasa hebat setelah berada di posisi tertentu. Ini dia racunnya!
Siapapun semakin diatas ujiannya semakin kuat, ujian yang paling susah adalah merunduk. Merasa tetap dibumi, mearasa tetap kurang, merasa tetap perlu hujatan dan masukkan. Gue terus belajar untuk itu (padahal belum jadi macan juga hihihi). Dari situ pembelajaran buat gue, melihat macan-macan yang merasa sudah bisa terbang, padahal mereka tidak punya sayap. Dadanya membusung kedepan, kepalanya terus di angkat, matanya tajam dan sering ditutup sebelah (bukan bajak laut juga). Ini dia tipe macan terbang dalam versi gue. Tipe ini bisa merasuk siapa ajah tidak terkecuali gue. Gue kadang merasa sudah melakukan banyak hal, merasa pinter sendiri. apa itu yang diperluin? merasa paling benar? merasa bisa melakukannya sendiri?

Jawabnya tidak!

Macan Tua (ini tokoh baru) berujar "Saya hanya macan tua, saya tidak ada artinya tanpa kalian-kalian. Tanpa si "anu" yang tugasnya masang paku, tanpa si "anu" yang tugasnya nyuci gelas. Beruntung saya di kelilingi oleh kalian yang mencintai saya dan saya juga mencintai kalian semua. Saya hanya macan tua, karena kalian saya tetap di lihat sebagai macan..".
Gemeter rasanya lutut gue denger macan tua ini, beliau baru saja menyelesaikan pertunjukkan teater di GBB baru-baru ini bersama kelompoknya. Bayangkan Macan Tua yang memiliki kualitas dan kredibilitas masih menganggap kalau karya itu hasil bersama, kolektif.

Apa masih kita bisa mengangkat kepala saat penghargaan mampir ke tangan kita? padahal apasih artinya penghargaan. Apa betul itu karya kita sendiri? Coba lihat lagi ada siapa di balik penghargaan itu semua.

Bukan penghargaan yang dibutuhkan sebetulnya tetapi bagaiman kita bisa menghargai keberadaan orang lain, kekurangan orang lain. Pohon yang banyak daunnya pasti ada saja daun yang ada ulatnya, ada yang kuning bukankah itu juga bagian dari ekosistem si pohon? itulah bagian dari kelompok. Bagaimana kita mampu menghargai itu, menghargai orang-orang yang memang belum menjadi Macan.

Jadi jangan kebelinger jadi Macan Terbang, Macan tetap berpijak di bumi walaupun dia bisa melompat menerkam.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ini yang bikin gw selalu kangen ama lo ge. hahaha....

tapi dipikir2 inilah hidup. gw terlahir sebagai orang yang plinplan. gabisa marah, cengar-cengir gapernah fokus. masih banyak lagi. tapi tetep aja gw berada di situasi macan terbang.

Unknown mengatakan...

Slow aja ta.. hehehe namanya juga idup