halaman

Senin, 02 Februari 2009

Alunan Tradisional

http://www.youtube.com/watch?v=C6nBJgR5Hdg Ini lagu yang lagi sering di puter di playlistnya alpat 01, gue jadi ke bawa-bawa suka. Lagunya terasa Indonesia, di Video Clipnya juga kulit Anggunnya "terasa" Indonesia sekali..

Jadi inget obrolan sama Nato "Menerut lu apa bisa Agnes Monica go international?". Gue jawab susah, kemasan Agnes tuh udah banyak di luar sana. Dia bersaing sama Britney wanabe, yang model follower kaya gitu uadah buanyak. Agnes emang multitalentet tapi di Asia ajah ada Tata Young.. kayanya susah dah dia bisa nembus International. Kalo masih kawasan Asia masih mungkin. Yang di tawari Agnes bukan hal yang baru.

Apa bisa kita bersaing??

Indonesia?? Siapa bilang kita ga dikenal di luar sana? tapi emang rada miris yang sering di undang main di luar justeru ga familiar di sini. Yang sering diundang tuh yah musik yang punya ciri khas Indonesia... Itulah diluar sana kita justeru dihargai dan dielukkan, di dalam negeri orang-orang kita malah sibuk membanggakan aliran bangsa lain. Risih dan malu kalo harus berbau tradisi dan lokal, di bilang ketinggalan zaman dan ga funky. Ada yang masih ngangkat unsur tradisi di Indonesia, malah di kemas dengan unsur modern juga tapi sekali lagi; amat disayangkan. Orang kita ga bisa menghargai itu?? 

Akhirnya kita miskin referensi. Miskin menghargai budaya musik kita. Miskin pengetahuan alat-alat musik tadisional bangsa sendiri. Miskin hati! hehehe

Contohnya Anggun itu (walaupn udah ganti kewarga negaraan), warna suaranya yah khas. Mukanya Indoensia banget. Ada "kelokalan" di Anggun. Makanya di lagu yang gue link itu berasa banget "kelokalannya". Lagu itu sebetulnya project I Wayan Sadra, dia itu dosen STSI. Menurut gue sih cangih lagunya.

Kenapa kita sulit bangga sama musik kita sendiri. Dari zaman SD kita udah di cekokin sama lagu daerah tapi nyatanya itu cuma jadi hafalan doang ga jadi "milik". Ga jadi kebanggaan. Ga jadi jati diri kita. Semuanya ga berakar!
Sampe SMA kita masih sering nyanyi lagu daerah tapi lagi-lagi semuanya cuma di mulut... apa kita jadi bangga?
Belajar musik tradisi ajah di sekolah-sekolah jarang banget. Dulu zaman TK masih belajar angklung tapi itu ga di lestariin, kenapa yah?
Tapi giliran musik barat, budaya barat, tarikan vocal ala barat (kebarat-baratan) di jiwain banget. Kalo perlu niru plek-plek. Aduh apa kata pendahulu kita, jati diri yang mereka buat makin lama makin luntur saja.

Siapa yang peduli sama ini?? bikin pusing ajeh mikirin musik tradisional... Emang penting bisa musik tradisi? AGGggggHHHH!! Kenapa gue ga pernah dapet pelajaran "MENCINTAI MUSIK INDONESIA" yang gue dapet "SENI MUSIK" doang. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri bukan??

Bukankah kita bangsa yang besar??

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Mencintai itu sangat susah kata orang yang mengagungkan makna cinta.Kita tak hanya harus suka saja namun yang terpenting adalah ikhlas.Mungkin agak berlebihan tiba-tiba saya ngomong entang cinta.Ini kita memang tidak lagi ngomomg soal roman picisan yang sungguh isinya sangat berdarah-darah seperti lakon percintaan anak muda.Bila kita sadar sebenarnya kita sangat butuh cinta yang walau orang ngomong itu hanya cinta sesaat,tetapi dari sinilah kita berangkat.Walau hanya sesaat namun utu di butuhkan waktu,jadi dengan demikian ada peristiwa yang mampir sejenak di kehidupan kita.
Anggun...ya sesuai namanya memang akan anggun.Bahkan kalu kita kirim sms ke makna nama yang sering muncul di tv(,reg spasi apalh itu....) atau shakespere berucap what is a name itu akan tetap anggun.Kita sekarang jarang sekali menemui anak kecil indonesia keturunan jawa yang bernama joko,prapto,darno,dikun,marwoto dll.Kenapa ini...?ada apa ini...?kita lebih sering mendengar nama-nama Michael,velove,brinda,george,john,janice.....yang begitu asing di telinga kebanyakan masyarakat.Lho kenapa saya ngomong begitu...?apa hubungannya dengan musiknya anggun yang sering diputar temanku?
Orang-orang keturunan(chines...) yang ada di sekitar kita selalu patuh memberi nama sesuai kebiasaannya,ah wat,tje ning,nyo kim bie dll.Orang arab yang namanya hanya berputar di seputaran muhammad,umar,ali,usman,abubakar,ibrahim,yusuf,adam,selalu memberikan nama-nama itu.Apa yang hendak di tuju?mungkin jawabannya hanya satu...biar mereka tersadar tentang asal.Jadi kenapa kita harus 'mak jebles'( kata orang jawa) mencontoh britney,christina,jason mras,dll untuk menjadi kita...?."....mas...mas...jualan es kok di tengah hujan ya gak ada gunanya....."kata seseorang.
Namun kita masih bersyukur lho masyarakat kita(batak,manado,papua,jawa ningrat) masih menyelipkan marga di belakang namanya biarpun sudah di campur jadi unik:michael pratama situmorang,george rajagukguk,atau sampai muhammad suharto....jadi kenapa kita harus lupa kalau kita yang di tahbiskan terlahir di negara yang hebat ya indonesia ini kok malu sama kemampuan sendiri.Jadi kapan kita jadi diri sendiri kalau gak punya cinta walau itu cinta monyet,lha kan lebih malu lagi kita di beri perumpamaan cinta oleh binatang.Kita manusia berakal kan.....?

Anonim mengatakan...

Ga, kalau gue boleh komentar, sebenernya budaya itu berkembang seiring waktu. Karena disesuaikan dengan berubahnya kebiasaan masyarakat, berkembangnya juga teknologi, etclah. Nah... kalau mau survive budaya ini juga harus menyesuaikan dengan selera "pasar".

Kayaknya susah untuk memaksakan gue misalnya untuk suka dengan gending jawa atau degung (favorit bokap). Tapi lain halnya kalau gending jawa itu dipadukan dengan sesuatu yang modern gituh, mungkin aja gue bakalan enjoy. Karena bagaimanapun budaya dari luar gak bisa dibendung karena adanya perkembangan teknologi, dan kita juga gak bisa munafik bahwa ada beberapa budaya dari luar yang kita suka.

Yang dibutuhkan menurut gue sekarang adalah budayawan dan seniman yang bisa mengembangkan budaya kita agar tetap survive.

Anonim mengatakan...

Budaya kita adalah tanggung jawab kita bersama. Kalau anak negeri tidak mengenal budayanya sendiri, ini yang repot-karena akhirnya mereka tidak tahu harus berbuat apa. Ada pepatah mengatakan,"Tak kenal maka tak sayang,"

Anonim mengatakan...

Barangkali kegelisahan yang saya rasakan mungkin juga dirasakan oleh jutaan orang Indonesia lainnya. Yang akhirnya hanya akan menimbulkan satu pertanyaan disela helaan nafas panjang, “akankah semua ini berakhir ?”.

Akankah bangsa ini bangkit dari semua keterpurukan

Dan pada akhirnya pertanyaan diatas terlalu rumit untuk dijawab, betapa tidak? darimana kita semua harus mengakhirinya? terlalu banyak yang harus diselesaikan , sementara hati ini sudah terlalu lelah bahkan hanya untuk memikirkannya saja barangkali sudah tak sanggup.

Mungkin ini saja yang dapat saya lakukan, sekedar mencurahkan perasaan agar sedikit terasa ringan beban ini dan berharap nasib baik akan berpihak kepadaku atas seizin Allah.

(Allah) mengilhami (sukma) kejahatan dan kebaikan. Sungguh, bahagialah siapa yang mensucikannya. Dan sungguh rugilah siapa yang mencemarkannya

- QS Asy Syams (Matahari) 91 : 8-10 -

Akan ada banyak hal yang harus kita benahi, terlalu banyak memang.. sekarang cobalah kita berkaca..

merefleksi diri.. melihat kembali ke dalam hati kita.. inilah wajah kita, ada terlalu banyak luka di sini

sembuhkanlah.. bangkitlah .. Indonesia…!!

“Sungguh, Allah tidak akan mengubah (nasib) suatu kaum jika mereka tidak mengubah keadaannya sendiri..”

_QS Ar Ra’ad (Guruh) 13:11_