halaman

Kamis, 27 Agustus 2009

2 ajang punya tempat tersendiri

Bulan ini di pertemukan dengan 2 festival yg punya andil di hidup gue. Festival Teater SLTA dan Festival Iklan Pinasthika.

Kurang lebih 2 tahun terakhir ga menyentuh secara langsung Festival Teater SLTA (FTS), di tahun ini karena kepanitian bersama akhirnya terlibat disana. Sekaligus ikut "ngegerecokin" proses latihannya SBB yg dipegang Dwi hehe. FTS memang punya tempat tersendiri dihati gue, lewat ajang ini di tahun 2002 gue pernah jadi ketua pelaksana FTS. Itulah awal mulanya bisa berkenalan, menegur dan mengakrabi orang-orang yg sebelumnya ga pernah gue kenal. Setelah 7 tahun, ternyata pertemanan itu masih mengental. Satu hal yg selalu gue tekankan dalam berteater; pertemanan.

SBB yg kini masuk era Dwi, memiliki energi yg bagus. Persoalan elementer memang masih menjadi kelemahan temen-temen SBB. Kalau gue cermati hal yg terpenting adalah kembalinya orang-orang lama SBB buat bantu kembali mikirin SBB. Orang-orang ini kembali punya kegelisahan dan akhirnya bermuara kepada antusias... mungkin faktor kekangenan atau persoalan waktu yg sedang meluang. Apa pun itu ini menjadi energi yg baik, sebuah proses pendewasaan dari eranya Dwi. Banyak masukkan yg bisa di ambil...

Jadi inget salah satu pembicaraan bersama teman-teman FTS "Kalau hanya masuk grup teater mengandalkan bisa berteduh di pohon itu, maka ia akan selamanya hanya berteduh. bahkan bisa jadi parasit nantinya. Ambilah isi dari pohon itu, ambil. Kemudian jadilah pohon baru disampingnya. Sehingga suasanya akan semakin sejuk dan rindang" 

....


Pinasthika 2009, sepertinya bahasan ini sudah ada di bawah. gue cuma pingin cerita tentang bagian yg lain dari kunjungan ke Jogja selama 2 malam ini.

Sombong, lawan terberat dari kreator. Seperti perang Badar buat menekan dan mengingatkan. Tapi sebagai manusia emosi itu tetap menjalar, datang begitu saja tanpa diminta.

Dalam pembicaraan di pagi menjelang subuh gue banyak belajar tentang arti menekan dan mengingatkan. Apa yg nanti di lewati saat bekerja sebagai kreator adalah tantangan untuk melawan kesombongan. Ide sebagai makanan sehari-hari pastinya bisa bikin kinerja kita naik turun. Ide yg lama ga akan sama ketika disentuh sama tangan yg beda. Ide yg ada sudah di ulang dari masa kemasa. Semua hanya penyusunan, penyusunan dengan element-element yg ada di masanya. Satu ide terlahir diolah dan dirasakan dari apa yg pernah di lihat, di dengar, di cium dan di rasakan. Jadi ga menutup kemungkinan kita menemukan kesamaan antara karya yg satu dengan yg lainnya. Lumrah...
Tapi apapun itu ketika di pegang dengan tangan yg berbeda, sentuhannya akan berbeda. Bau nya akan berbeda. Sehingga dunia ini tidak akan kehabisan kreasi.

Jadi ngapain sombong?

Tidak ada komentar: