halaman

Sabtu, 29 Agustus 2009

Gontai, Penuh Debu Dalam Rumah Hijau.

Di ruangan salah satu rumah yang penuh debu, duduk menatap langit-langit. Tetesan air di kran depan masih terdengar, hijaunya tanaman kini usang dan kering. Menarik nafas panjang dan dilemparkan pada bumi.

...

Beberapa malam dilewati dengan berani. Sendiri. Tanpa cahaya penerang dan penunjuk arah yang tepat. Semakin larut dan terus tenggelam. Hanya sedang merasa tidak ada tempat yang nyaman untuk menikmati hujan di kala sore, masing-masing tempat menawarkan paket yang BASI dan menyebalkan. Rentetan cerita membungkus suasana di sana.

...

Gontai; langkah ini. Bahkan akhirnya tidak dapat tempat yang di dambakan. Sulit sekali kini. Mungkin ini replika hidupku di masa akan datang. Sendiri dan Berdiri.
Jejak Cahaya Surga* memang menghilang, tak kuasa ku menahannya. Biarkan kunikmati walau tersesat.

...

Kini air mata itu tak terhankan, membasahi bibir di saat puasa. Aku duduk sendiri di ruangan salah satu rumah yang penuh debu, duduk menatap langit-langit.



* Lirik Maureen, Rinaldy. Kata-kata yg menginspirasi.

Tidak ada komentar: