halaman

Selasa, 04 Januari 2011

Replika Monyet bertangan empat

Anggaplah ini fitnah, jadi ga perlu dipercaya 100% (namanya juga fitnah, dosa kalau dipercaya...).

....

Sebutlah negeri Pisang. Empuk, berserat, bersahaja. Punya ambisi dan toleransi, terdengar ramah namun anarkis. Segala sektor hampir di isi monyet-monyet bertangan empat; megang pisang di setiap tangannya. Kadang dimakan, kadang di umpetin.

Negeri Pisang punya kebanggan, salah satunya cabang olah raga. sebutlah Bulutangkis monyet, Sepak bola monyet dan Voli monyet. 3 olah raga yang begitu membumi di negeri ini. Hingga saat ini.

Sepak bola monyet selalu melahirkan cerita-cerita. Mayoritas menyukai dan bisa menikmatinya. Hingga tibalah masa di mana negeri Pisang di sibukkan dengan kepentingan-kepentingan para monyet yang memiliki kekuasaan.

Pisang Super Liga yang dulunya bernama Liga Pisang sudah 14 tahun bergulir. Dalam usia itu segala bentuk penyempurnaan terus di kejar. Mulai dari pendanaan hingga kompetisinya. Lucunya Liga ini selalu grogi setiap akan memulai kompetisinya, jadwal kompetisi seperti tidak pernah paten di negeri ini.
Dengan segala persoalannya Liga ini tetap berjalan dan diminati.

gue termasuk yang mengikuti perjalanannya, walaupun ga hatam. Masih teringat saat pertama kali Liga ini ada, animo masyarakat masih kecil. Hanya klub-klub yang punya nilai historis yang di padati penonton. Sisanya ala kadarnya. Hebatnya berita ricuh antar sporter sudah ada dari dulu... Sempet ngayal "kapan ya negeri Pisang ini punya suporter yang padu dan terorganisir???".

Waktu pun menjawab, di awal tahun milenium perlahan namun pasti suporter mulai terorganisir. Stadion di isi dengan nyanyian dan yel-yel kreatif. Rasanya optimis bahwa negeri ini semakin dewasa.

....

Dari mana dana klub Pisang Super Liga buat ikut kompetisi ini?
Sponsor (yang tentunya bukan kompetitor sponsor utama Liga nya), dari tiket masuk, donatur dan dari pemerintah daerah. Kenyataannya itu belum cukup. Ada ajah klub yang gulung tiker karena persoalan dana. Klub negeri pisang dari kota kembang pernah berjaya di awal liga ini,  namun sangat mengenaskan harus gulung tikar.

Dari pemerinta daerah cukup besar dana yang di suntik ke klub-klub peserta (terbagi untuk klub peserta Pisang Super Liga dan Devisi Utama Pisangnya). Setiap tahun dana ini di anggarkan. Sehingga klub punya tambahan "darah". Tinggal pinter-pinternya klub buat mengelolanya.

Nah, apa bener dana yang turun sesuai dengan yang di anggarkan? Ini dia negeri Pisang. Di huni monyet-monyet bertangan empat. Dari yang terkecil sampai yang terbesar pasti yang namanya "potongan" selalu ada, dan DIMAKLUMI. luar biasa!

Anggaplah dari dana itu 10% kena "potongan". Kalau di kali jumlah klub yang ada di 2 kompetisi kayaknya cukup buat beli pisang 70 truk. Kemana potongan itu? ya tanyalah pada rumput yang bergoyang. Celakanya kalau dana itu dari pemerintah daerah, pastinya dana itu di dapat juga dari warga-warganya (lewat pajak dll). Berarti duit warga terus ajah di "potong" sama monyet-monyet. Emang dasar monyet bertangan empat!

....

Kini muncul-lah gagasan di buat Liga baru. Bernama Liga Premier Pisang (LPP). Dengan visi setiap klub di benahi dan dikelola secara profesional. Klub di didik untuk mandiri dan mampu mengambil pemasukkan diluar penjualan tiket saja. Tentunya tidak mudah, butuh waktu...(inget cerita suporter diatas). Tapi kalau tidak di mulai kapan lagi..

Masa duit rakyat terus-terusan yang di "potong" sama monyet-monyet?? ga rela dan ga sudi. Mending anggaran daerah itu buat bikin fasilitas olahraga yang lebih MANUSIAWI. lebih memberikan kenyamanan bagi atlet dan penonton. MASA GA BISAAA???!

atau untuk mendidik generasi muda, bikin sekolah atlet dengan fasilitas internasional kek! dana-in klub-klub yang punya anak didik di bawah usia 14 tahun. Mulai lah membuat program untuk 10 tahun kedepan. Dengan proses yang benar dan bertahap. Sehingga pemain juga matang dan kompetisi juga berkualitas. Masa ga bisa???

Butuh waktu memang, tapi mari di mulai. Atau takut jatah pisang di tanggan jadi berkurang?

Semoga LPP tidak didirikan untuk menjaring monyet-monyet bertangan empat yang baru. Cukuplah monyet-monyet profesional dan CERDAS membuat industri Sepak bola di negeri Pisang ini bergairah. dan Berprestasi.

Salam hangat,
Monyet Geregetan.    

1 komentar:

Ricka Winatha mengatakan...

beratnya hehehe
mau shar deh sama tulisan ini kak. bahas dong kak hihihi, boleh kah?